Oleh: Benny Benardie
Tuan Raja pagi itu sudah duduk diberenda Istananya sembari membaca buku agama, yang dikirim dari kerajaan antahberantah. Tampak berkerut Tuan Raja, terbaca penjaga pintu surga saat sesorang akan masuk surga nantinya.
Maklumlah, Tuan raja rupanya tidak beragama, tapi percaya dengan adanya kekuatan ghaib.
“Kalau begitu, tidak sertamerta aku dapat nyelonong masuk surga, harus melalui penjagaan. Sedikit ketersinggungan penjaga surga, bisa-bisa tidak bisa masuk ke dalam surga aku”, lamun Tuan Raja.
Gara-gara membaca buku agama itu, membuat pagi yang cerah menjadi sedikit kelabu. Dengan tergopoh-goboh, dipanggilnya para Menteri Istana. “Aku perintahkan pagi ini kita semua mengadakan pertemuan. Titah harus segera dilaksanakan”, teriak Tuan Raja
Gelar rapatlah mereka yang tanpa pengetahuan jelas, tentang sosok penjaga pintu surga itu. Meskipun rapat berlangsung hingga setengah hari, kesimpulan yang didapat, bagaimana mengecoh penjaga pintu surga agar tidak tersingung saat Tuan Raja akan masuk atau melalui penelusuran alam ghaib, untuk menghilangkan sistim penjagaan pintu surga itu.
Rupanya kekuatiran Tuan Raja ini tidak berdasar. Penjaga pintu surga itu sendiri tidak sesensitif seperti apa yang dikhayalkan Tuan Raja. Inilah buktinya, kalau Sibodoh ditipu Si pintar yang kalah dengan Si calak yang matikutu dengan Si Ta’un.
“Katagori siapakah Tuan Raja itu, Si Calak atau Si Ta’un?”, pikir salah seorang pelayan Istana.