kupasbengkulu.com – Sebuah prasasti batu bergambar tapak kaki di sekitar sumber air, Desa Air Raman, Kecamatan Bermani Ilir. Dipercaya masyarakat sekitar sebagai salah satu tapak kaki seorang tokoh yang melegenda di bumi Rejang Kepahiang, selama ini. Sebutan untuk tokoh yang di maksud adalah si Jarang Picang (Jarak langkah kaki yang jauh).
Tapak kaki dengan empat jari yang terlihat jelas diatas batu berukuran sekitar satu meter persegi itu, konon sebagai salah satu bukti atau petunjuk yang sengaja ditinggalkan si Jarang Picang untuk diketahui oleh warga keturunannya terait keberadaannya pada ribuan tahun yang silam.
Untuk memperkuat asal usul gambar tapak kaki tersebut, sejumlah warga yang rutin berkunjung, diantaranya tokoh masyarakat dari kelurahan Keban Agung, Saipul dan Rozi menceritakan, jika batu bergambarkan tapak kaki miliknya si leluhur Kepahiang itu awalnya hanya diketahui oleh warga desa setempat berasal dari yang dikisahkan secara turun temurun. Temuan itupun, akhirnya terus meluas hingga ke telinga masyarakat se Kepahiang.
Karena kisah yang menarik untuk didengar oleh masyarakat, seperti keangkeran dan khasiat air yang terdapat di tapak kaki itu, dapat menarik perhatian masyarakat dari luar daerah dan sejumlah pakar sejarah. Hanya saja, tepatnya sejarah batu yang ada di area perkebunan warga diantara perbatasan Desa Air Raman dengan Desa Talang Sawah ini masih menjadi simpang siur dan sulit diketahui kapan awalnya batu ini ditemukan.
Meskipun demikian, keangkeran dan khasiat batu ini kerap dibuktikan oleh masyarakat, terutama oleh sejumlah sosok gaib yang sering menunjukkan wujudnya dan khasiat air di dalam tapak kaki yang dapat mengobati gangguan makhluk halus pada anak kecil.
Inilah yang menjadi sisi menarik bagi masyarakat untuk beramai-ramai berkunjung ke situs batu tapak kaki si Jarang Picang.
“Kami yang berkunjung ke prasasti ini selalu saja mengambil sedikit air untuk dibawa pulang. Disamping itu ada juga yang berkunjung sekedar minta petunjuk sesuai dengan niatnya masing-masing,” ungkap Saipul.
Untuk cerita keangkerannya, tidak hanya dapat dibuktikan oleh masyarakat sekitar, melainkan juga oleh sejumlah pencari barang antik yang berniat untuk membawa batu yang dikeramatkan tersebut.
Beruntungnya, upaya yang dilakukan oleh pencari barang antik itu sia-sia, karena batu yang ingin mereka angkat menggunakan alat berat sama sekali tak sejengkal berpindah dari tempatnya.
Setelah itu, pelaku itu mendapatkan ganjarannya berupa menderita sakit aneh dan susah untuk diobati.
“Informasi yang kami dapatkan, sakit yang dialaminya itu sangat aneh. Setelah meminta petunjuk dari dukun atau orang pintar baru lah sakitnya tersebut dapat diobati,” kata Saipul.(cr11)