Jumat, Maret 29, 2024

Belajar Menulis Pelajar Kota Bengkulu : Melirik Kehidupan Bocah di TPA untuk Bertahan Hidup

bocah
Bocah-bocah di TPA Air Sebakul mengais rezeki

kupasbengkulu.com – Sekiranya 15 menit sudah kami lewati bersama canda, tawa dan pembahasan seputar lokasi yang akan kami tuju dari kantor kupasbengkulu.com, hamparan pohon sawit dan jalanan berlubang menyambut kedatangan kami bersama aroma yang menusuk. Bukan aroma AC di lobi hotel, bukan aroma baju baru di kios bertingkat ataupun aroma roti manis di pusat perbelanjaan.

Tetapi aroma yang lebih menarik. Menarik untuk tangan terus mengelus dada, bibir yang mengobral dzikir dan mata yang tak berani berkedip menyaksikan apa yang terlihat sejauh mata memandang.

Disinilah kami, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Sebakul Kelurahan Sukarami Kota Bengkulu. Tak ada kata yang lebih sadis untuk kenyataan bahwa tempat ini, kumuh. Lalat-lalat yang asik berterbangan bersama teriknya hari siang ini membuatku tak sanggup membayangkan kehidupan segelintir orang di sekitar sini. Setiap hari mereka dihadapkan dengan warna-warni sampah, belum lagi bau busuk yang dengan senang hati menusuk dengan hanya satu kali hirupan.

” Kami sudah biasa dengan kondisi seperti ini, hampir 20 tahun kami tinggal disini. Dari tempat ini hanyalah jurang sedalam kira-kira 50 meter sampai hari ini,” aku ibu Sarti, salah satu warga yang tinggal di pinggiran gunung sampah, Minggu (7/9/2014).

Ibu Sarti hanyalah satu dari sekian orang yang mengais rezeki dari gunung sampah ini. Satu kenyataan, yang lagi-lagi membuat hati begitu kelu kala tangan kurus adik-adik kecil dengan begitu ikhlas ikut bersama orangtua mereka menaklukkan kerasnya hidup, menjamah sampah-sampah, bertarung dengan rasa jijik demi botol-botol atau plastik bekas yang begitu berharga bagi mereka.

”Aku tidak terganggu. Uangnya untuk jajan sekolah. Sehari bisa dapat sekitar sepuluh kilo yang kalau di uangkan sekitar Rp 15.000,” kata Reji, salah seorang dari sekian banyak anak yang mengais rezeki dari gunung sampah.

Mendengar pengakuanya begitu tulus semakin membuat rasa sesak yang menyelimuti ruang-ruang di hati kecilku bergejolak. Reji yang merupakan salah satu siswa Sekolah Menengah Pertama di desa Air Putih. Tak ada gurat kesedihan di wajahnya.

”Aku belum tahu mau jadi apa besar nanti!. Tapi, aku mau sekolah di kota. Kalau nanti ada uang,” ucap bocah itu.

Hari semakin terik, diujung jalan terlihat satu unit truk besar menuju lokasi pembuangan. Benar, satu gunungan kecil sampah menyapa tempat ini. Dari tempat truk menurunkan sampah pemulung berlari kecil dan antusias dengan kedatangan si truk sampah.

”Sampah ini diambil dari kelurahan masing-masing. Dalam sehari kami bisa membuang sampah dengan 20 motor dan 1 dum truk per harinya,” jawab petugas kebersihan yang juga tampak antusias menjawab pertanyaanku.

”’Kami senang kalian bisa datangi kami seperti ini. Ada yang mau tahu tentang dunia kami, pekerjaan kami, keseharian kami. Semoga kami bisa lebih diperhatikan,” lanjut petugas kebersihan itu.

Penulis : Vellia Paranta, SMAN 5 Kota Bengkulu.
Peserta Pelatihan ‘Menjadi Jurnalis Itu Menyenangkan’, yang dihelat Media Online kupasbengkulu.com.

Related

Lawakan Felix Seda yang Lecehkan Najwa Sihab Berakhir Minta Maaf

Lawakan Felix Seda yang Lecehkan Najwa Sihab Berakhir Minta...

Kalah dari Jepang, Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Babak 16 Besar Jika Ini Terjadi

Kalah dari Jepang, Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke...

Bawaslu Seluma Ingatkan Program Pemerintah Tidak Dijadikan Ajang Kampanye

Bawaslu Seluma Ingatkan Program Pemerintah Tidak Dijadikan Ajang Kampanye ...

Bawaslu Seluma Ingatkan Program Pemerintah Tidak Dijadikan Ajang Kampanye

Bawaslu Seluma Ingatkan Program Pemerintah Tidak Dijadikan Ajang Kampanye ...

DPMD Seluma Segera Tindaklanjuti Penguduran Diri Kades Kungkai Baru

DPMD Seluma Segera Tindaklanjuti Penguduran Diri Kades Kungkai Baru ...