kupasbengkulu.com – Sungguh memprihatinkan ketika warga asing (bule) dinilai lebih tertarik mempelajari sejarah Bengkulu dibandingkan warga Bengkulu itu sendiri. Demikian diungkapkan Nurila Utami, Kasi Bimbingan Museum Negeri Bengkulu, Senin (15/06/2014).
Diungkapkan Utami, hal tersebut kerap terjadi di mana pengunjung museum yang merupakan warga asing lebih antusias bertanya dan lebih ingin tahu, sedangkan warga asli Bengkulu yang datang hanya sekedar melihat-lihat kemudian mengabadikan moment lewat foto atau video saja tanpa ingin tahu lebih jauh tentang sejarah yang ada di benda-benda yang tersimpan di museum tersebut.
“Kebanyakan memang begitu, kalau bule yang datang kami semangat menceritakan tentang sejarah benda-benda di sini. Bisa sampai tiga jam lebih kami mendampingi. Sedangkan kalau yang datang warga asli (Bengkulu), biasanya mereka nggak terlalu ingin tahu. Datang cuma lihat-lihat, foto-foto, paling lama setengah jam langsung pulang,” ujar Utami.
“Lain kalau yang datang siswa yang dalam agenda belajar, biasanya kami siapkan audivisual-nya karena mereka harus paham satu persatu tentang barang-barang di sini,” lanjutnya.
Sementara Hazairin, salah seorang guru dari Kabupaten Seluma, mengungkapkan pentingnya memperkenalkan budaya dan sejarah kepada anak-anak, salah satunya melalui kunjungan museum. Tampak ratusan anak dari dua kabupaten, yakni Seluma dan Bengkulu Utara memadati Museum Negeri Bengkulu.
“Kebetulan kami berasal dari sekolah-sekolah di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara. Tujuannya ke sini sebenarnya sebagai acara perpisahan bagi anak-anak kelas VI SD. Jadi tidak ada salahnya menyempatkan diri untuk berkunjung ke sini. Walau pun sebentar, ini salah satu cara kami memperkenalkan sejarah dan budaya melalui cara-cara yang menyenangkan kepada anak-anak,” pungkasnya. (val)