Kota Bengkulu, kupasbengkulu.com – Dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional beberapa waktu lalu, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam “Suara Mahasiswa UMB Bersatu” berkumpul di depan gedung DPRD Provinsi Bengkulu untuk menyuarakan aspirasi mereka.
Namun sayangnya para mahasiswa tak dapat bertemu dengan para anggota dewan dikarenakan sedang tidak berada di tempat dengan berbagai alasan. Hal tersebut lantas membuat geram para mahasiswa hingga terjadi aksi gebrak meja hingga aksi doa bersama untuk kematian Presiden Jokowi.
Menyikapi hal tersebut, Wakil Ketua II DPRD Provinsi Bengkulu, Suharto, menyampaikan permintaan maaf kepada mahasiswa. Dia mengatakan ketidakhadiran para anggota dewan di gedung DPRD dikarenakan sedang mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) di Jakarta.
“Kami mengucapkan permintaan maaf kepada mahasiswa karena saat unjuk rasa kemarin tak ada satu pun anggota dewan yang berada di tempat. Hal ini bukan berarti kami tidak peduli dengan suara masyarakat, melainkan karena kami kebetulan sedang mengikuti Bimtek,” jelas Suharto, Jumat (22/05/2015).
Diketahui saat itu para mahasiswa hanya dipertemukan dengan Sekretaris Dewan (Sekwan) DPRD Provinsi Bengkulu, Hendra Purnama.
Adapun tuntutan yang disuarakan mahasiswa antara lain mendesak agar pemerintahan Jokowi-JK untuk menasionalisasikan seluruh aset di Indonesia yang dikuasai asing. Mereka juga menuntut agar pemerintah menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan mengembalikan subsidi, serta tegas memberantas korupsi di tanah air.
“Tuntutan para mahasiwa sudah disampaikan oleh Sekwan seluruhnya kepada para anggota dewan. Tentunya aspirasi mahasiswa ini akan kami lanjutkan ke pemerintah di pusat,” katanya.
Sebagaimana diketahui unjuk rasa ini dilakukan oleh para mahasiswa di beberapa titik, antara lain dari Kampus I UMB Kampung Bali, kemudian menuju Simpang Lima Suprapto, hingga berakhir di depan Gedung DPRD Provinsi Bengkulu. (val)