kupasbengkulu.com – Prof. Urip Santoso, dosen jurusan peternakan Universitas Bengkulu menemukan pakan alternatif unggas berbahan daun katuk (Souropus androgynus).
“Pakan unggas berbahan daun katuk ini dipakai untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas unggas, terutama ayam pedaging, ayam petelur, itik petelur, dan burung puyuh,” ujarnya.
(baca juga: Dosen Unib Ciptakan Pakan Ternak dari Lumpur Sawit)
Pemberian pakan tidak serta merta dengan daun katuk yang masih mentah. Daun katuk harus diolah dulu menjadi serbuk (tepung) atau ekstrak (saripati).
Proses pembuatan serbuk atau tepung daun katuk, yaitu dengan cara dikeringkan, lalu ditumbuk sampai halus. Proses ekstrasi dilakukan dengan cara mengekstraknya dengan media berupa air, metanol, heksan, atau etanol.
Daun katuk dalam bentuk tepung digunakan untuk campuan pakan itik petelur dengan komposisi 2.5 gram per kilogram pakan.
Sedangkan untuk daun katuk berbentuk ekstrak digunakan untuk campuran pakan ayam petelur sebanyak 9 gram per kilogram. Sedangkan untuk ayam pedaging dicampurkan sebayak 4.5 gram per kilogram.
“kelebihan penggunaan pakan ini, yaitu produktivitas ayam pedaging, ayam petelur, dan itik meningkat 20 – 30 persen,” tambahnya.
Selain itu, kualitas daging dan telur jadi meningkat. Kandungan lemak dan kolesterolnya jadi lebih rendah.
Daun katuk adalah jenis sayuran yang kaya akan antimikroba dan antioksidan. Antimikroba dalam dalam katuk dapat meminimalisir jumlah bakteri E-coli dan salmonella yang menjadi sumber penyakit saluran pencernaan unggas maupun manusia. Antioksidan pada daun katuk juga meminimalkan proses oksidasi di dalam daging dan telur yang dikonsumsi, sehingga lebih menyehatkan dan mengurangi resiko penyakit kanker.
Campuran pakan atau suplemen ini dikemas menjadi dua merek berbeda, dengan formula tertentu. Nama suplemennya yaitu meat designer (suplemen khusus unggas pedaging) dan eggs designer (suplemen khusus unggas petelur). (cr2)