Kepergian Elisa Gustin Sules (19) atau akrab dipanggil Ica masih meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi keluarga, teman dan tetangga yang di tinggalkan. Ica merupakan mahasiswi semester II Universitas Dehasen (Unived) yang dikenal sebagai sosok wanita periang, pintar dan semasa masih duduk di bangku sekolah menegah atas (SMA) dia aktif mengikuti organisasi pramuka.
Saat kupasbenkulu.com berkunjung di kediaman orang tua almarhumah Ica di Desa Beringin Datar, Kecamatan Pino, Kabupaten Bengkulu Selatan (BS), masih terlihat raut sedih dari wajah keluarga, tetangga dan teman Ica.
Bahkan dari dalam rumah duka terdengar suara isak tangis duka. Kepergian anak pertama dari 4 saudara ini masih menyisakan ketidakpercayaan dari keluarga maupun tetangganya, seakan – akan Ica belum pergi.
Saat libur semesteran, sehari sebelum kepergian Ica, almarhum sempat pulang dan berkumpul bersama keluarga di kampung halamannya di Desa Beringin Datar, kecamatan Pino Masat. Setiap kali pulang ke kampung halamannya, teman – teman almarhumah pasti banyak yang datang ke rumah Ica.
Allmarhumah yang berpaaras cantik dan berkulit putih yang pintar bergaul dan banyak di senangi para teman-temannya itu lahir di Desa Beringin Datar pada 3 Agustus 1996. Saat pulang ke kampung halamannya Ica masih terlihat sehat dan masih juga sempat becengkerama dengan teman – teman dan tetangga sekitar rumahnya.
Ica juga masih sempat mengunjungi sekolah lamanya SMAN 5 BS dan mengikuti kegiatan pramuka karena diundang oleh juniornya. Kaget mendengar kepergian Ica, sehingga teman – teman almarhum dan beberapa guru SMA 5 Bengkulu Selatan ikut menghantarkan kepergian almarhum ke tempat peristirahatannya yang terakhir yaitu di pemakaman umum desa Beringin Datar pada Kamis, (13/2/2015) sekitar pukul 10.05 Wib.
Ayahnda almarhum, Toni Herianto (38) kepada kupasbengkulu.com berceita, “Saat liburan semesteran kemarin Wah (panggilan anak pertama perempuan di Bengkulu Selatan) pulang ke rumah selama 3 minggu. Kalu Wah Ica pulang rumah kami ini ramai di kunjungi teman – teman almarhum. Saat pulang semesteran kemarin itu Wah belikan saya, ibunya dan 3 orang adiknya sandal,” kata Ayahnda Ica.
Orang tua Ica heran, saat almarhum bawa sandal untuk keluarganya itu. Padahal Ica baru kuliah semester II, uang kuliah dan uang makannya yang dikirimkan oleh ayahnya yang berprofesi kesehariannya sebagai sopir yang membawa ikan ke Pagaralam, kota Lahat dan Muara Enim itu sangat minim, apalagi kalu almarhum sampai bisa belikan oleh-oleh pada keluarganya.
Ketika ditanya orang tuanya kepada Ica , rupanya oleh-oleh itu dibeli Ica dari uang yang diperolehnya dari membuatkan tugas teman 1 kampusnya.
“Cita-cita Wah Ica setelah tamat kuliah ingin menjadi pegawai Bank, dan ingin membantu keluarga dengan cara membiayai sekolah adik –adiknya. Namun itu hanya sebatas cita – cita wah,” kata Toni sambil menahan sedih.
Kedua orang tua Ica tidak memiliki firasat apa-apa atas kepergian anak tertuanya itu. Oleh-oleh berupa sandal dri Ica, itu merupakan kenangan yang terakhir dari almarhum.
“Saat pulang semesteran itu juga, Wah menceritakan kepada saya kalau nilai ujian beberapa mata kuliah yang sudah di terimanya cukub bagus. Bahkan Wah mengatakan kalau dilihat dari nilai hasil ujiannya itu dirinya yakin akan mendapat nilai tertinggi di Fakultasnya. Kepergian Wah Ica, kami sekeluarga sudah merelakannya. Saya dan istri saya sudah mengikhlaskan kepergian Wah Ica, mudah – mudahan dosa –dosa almarhum dapat di hapuskan, dilapangkan kuburnya, dan dapat di terima disisi Allah Swt,” ucap Ayahnda Ica seraya mendoakan kepergian puteri tercintanya itu. (tom)