Kamis, Maret 28, 2024

Generasi Kempong

Penulis: Benny Hakim Benardie
Dulu saat pulang dari ziarah, terpampang  Tujuh Program Prioritas Sang Pemimpin. Urutan  program itu berawal dari Cerdas, Sehat, Berbudaya, Bersih dan Profesional, Mapan, Maju, Beriman.

Berdecap kagum dan itu sangat cocok untuk provinsi yang baru ‘seumur jagung’. Hanya saja, mampukah, terimakah atau tersinggungkah masyarakat yang mempunyai akal bertingkat itu dengan program yang ada? Rancangan yang akan dijalankan, yang didahulukan dan diutamakan daripada yang lain (Program prioritas).

Asumsi siapa saja di era reformasi, dalam kerangka negara yang berdasarkan hukum ini, sah-sah saja. Termasuk bila ada yang mencoba mengunakan kebenaran ganda (Double truth).

Mengutup dari  Emha Ainun Nadjib, bagaimanakah nanti tanggapan para aktifis, politis yang merupakan generasi kempong? Generasi kempong itu tidak punya waktu dan tidak memiliki tradisi untuk tahu beda antara kalimat sindiran dengan bukan sindiran. Tak tahu apa itu ironi, sarkasme, sanepan, istidraj.

Generasi kempong sangat rentan terhadap apa saja. Tidak ada etos kerja. Tidak ada ideologi dharma atau falya’mal ‘amalan shalihan. Yang mereka punyai hanya obsesi hasil, khayal kepemilikan dan kenikmatan. Apapun caranya. Boleh rejeki langsung dari langit, boleh hasil copetan atau korupsi.

Sesuai KBBI
Tapi sudahlah, mendingan kita mencoba mendefinisikan tujuh program prioritas itu sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia saia. Pertama apa itu cerdas?  Cerdas adalah sempurna perkembangan akal budinya (Untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya).

Bila itu ada di Provinsi Bengkulu, artinya banyak hal yang perlu dicerdaskan pada sumber daya manusianya. Kedua, sehat adalah baik seluruh badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).

Tentunya tindakan preventif lebih diutamakan, sarana dan prasarana kesehatan harus ada terpenuhi, dan yang paling penting biaya berobat murah, bila tidak gratis.

Ketiga, berbudaya adalah mempunyai budaya; mempunyai pikiran dan akal yang sudah maju. Artinya rakyat di provinsi selama ini masih belum berbudaya, karena itu berbudaya merupakan urutan ketiga yang menjadi prioritas Gubernur Bengkulu.

Soal rasa dan fakta keberanaran ini, tergantung interprestasi masyarakat Bengkulu. Mungkinkan para pemimpin sebelumnya tidak memperhatikan soal berbudaya ini? Yang jelas, bicara budaya itu sudah pasti implementasi yang baik, bukan yang tidak atau kurang baik.

Selanjutnya keempat, bersih yang berarti bebas dari kotoran dan profesional, yang sudah tentu maksudnya the right man on the right place.

Program prioritas berikutnya mapan, yaitu kelompok orang yang sudah mapan dalam hal sosial, ekonomi, dan politik (Biasanya kalangan eksekutif). Keenam, Maju yaitu  berjalan (Bergerak) ke muka; tampil ke muka. tentunya analogi kita mengatakan, bagaimana provinsi ini maju di kancah nasional dan berjaya.

Terakhir beriman, yaitu mempunyai iman (Ketetapan hati); Mempunyai keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Inilah yang merupakan program sapu jagat, yang dalam pengejawantahannya dapat mewakili keenam program lainnya.

Hanya saja penulis mengingatkan, jangan mengasinkan ikan yang telah asin, apalagi berencana mengasinkan ikan, kalau garamnya sendiri lebih dahulu rusak.

Tak akan  makmur sejahtera masyarakat Provinsi Bengkulu, bila Bangsa Indonesia ini sendiri belum makmur sejahtera.

Jurnalis Tinggal di Bengkulu

Related

KUHP Tidak Berlaku untuk Kegiatan Kemerdekaan Pers

Kupas News, Jakarta - Walaupun Rancangan Undang-undang (RUU) Kitab...

Modus Mafia Tanah di Ruang Peradilan

Oleh : Elfahmi Lubis Mafia Tanah sudah menggurita dan telah...

Kaum “Rebahan” Ditengah Isu Kerakyatan

Dimana posisi kaum "rebahan" atau kaum "mager" yang didominasi...

Polemik RUU Sisdiknas, Maksimalkah Uji Publik?

Oleh: Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd Mencermati draft Rancangan Undang-Undang Sistem...

Kiprah Parsadaan Harahap Hingga Duduki KPU RI

Sosok Persadaan Harahap atau yang sering disapa bang parsa,...