Selasa, Maret 19, 2024

Girik Cik: Luka Lama Tercabik Kembali

Masih ingat ungkapan, “Luka Lama Tercabik Kembali?” Kalau tidak salah begitulah kira-kira narasinya. Terkuyak atau tercabik bukan karena jahitannya tak bagus. Bukan pula karena benang yang dipakai jelek. Tapi karena ulah, tingkah termasuk pola fikir yang kurang sehat.
Bantahan ngeyelnya adalah, luka itu tercabik bukan karena benang atau jahitannya. Luka itu tidak pernah dilakukan upaya  medis, tapi luka mengering  dengan sendiri. Itu sama saja. Kata kuncinya tetap cabik. “Cabik diatas luka lama”.
Kemarin di Media Sosial ada yang kurang sependapat terpampangnya patung Ibu Negara Pertama Fatmawati di Simpang Lima Ratu Samban, dengan alasan dalil yang mereka temui. Mereka tak mencari tahu soal dalil yang orang lain juga temui. Padahal semua itu tataran fikiah.
Kalau benar itu banyak mudaratnya, coba kaji dulu dengan pinter. Monumen patung Jenderal Besar  Sudirman  yang ada di Jakarta Pusat itu, apakah tidak bermanfaat? Patung DR Cipto Mangunkesumo? Dan lainnya.  Bahkan patung filosof dan ulama juga banyak terpampang di berbagai negara. Awas, pernyataan kita itu bisa menyinggung instansi, lembaga negera, bahkan keluarga besar mereka.
Di alam demokrasi memang kita boleh ngomong apa saja, asal badan kita sudah ‘tahan goreng’.  Termasuk rasa malu kita sudah setebal kulit tembok Benteng Marlborough.
Cik hanya sekedar mengigatkan kembali, “Kalau kebanyakan  orang di Provini Bengkulu ini kita anggap salah atau gila, pertanyaannya adalah, siapakah yang salah atau gila itu? Bersukurlah kepada Allah, dan berterimakasihlah kepada manusia, dengan monumen itu kita dapat mengingat pahlawan nasional dan menjadi aspirasi bagi generasi penerus mendatang.
Saat ini yang perlu kita lakukan, memberantas tempat maksiat. Jangan dan jauhi uang lendir, karena itu menyebabkan doa tak terkabul. Bukan soal gambar atau foto atau patung yang kita masalahkan. Padahal itu semua bukan untuk barang sesembahan.
Janji harus ditepati. Itu juga bagian dari seseorang di negeri ini, untuk mendapatkan hidayah dan terkabulnya doa. Ingat, kita bukan Nabi Musa yang tongkatnya bisa membelah laut. Musuh kita bukan Fira’un. “Hiduplah bebas di muka bumi ini. Ingat, Tuhan tetap Tuhan dan kita bukan Tuhan dan jangan bertuhankan selain Tuhan”.
Wartawan Tinggal di Bengkulu Kota
The post Girik Cik: Luka Lama Tercabik Kembali appeared first on kupasbengkulu.com.

Related

Sriharti di Negeri Bukan Perawan

Hembusan angin senai-senai saat mentari menyengat Negeri Bengkulu,  sudah...

Malam Pembantaian Thomas Parr 1807 (Tamat)

Peran  Orang Dalam Tahun  kepemimpinan Residen Thomas Parr dianggap melakukan...

Malam Pembantaian Thomas Parr 1807 (Part 2)

Siapa Pelakunya “Pribumi tak berprikemanuasiaan, kejam dan sadis”. Itulah yang...

Malam Pembantaian Thomas Parr 1807 (Part 1-3 tulisan)

“Malam itu, sekelompok pribumi merangsek masuk Gedung Mount Felix...

Girik Cik: Matisuri Peradatan di Negeri Bukan Kukang

Tekad  anak negeri ingin “Adat Bersendi Sarak, Sarak Bersendikan...