Jumat, Maret 29, 2024

Girik Cik : Nasi Kebuli bukan Budaya Melayu Bengkulu

By:  Cik Ben
Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijujung. Bukan dimana bumi dipijak, disitu kita buat tampal ban. Begitulah kata petuah lama, pertanda menghormati adat dan budaya masyarakat setempat. Bila kita mengabaikan itu semua, orang Bengkulu bilang “Idak Tau kek adat atau Idak Beradat”.
Tak maksud menyinggung acara makan nasi kebuli ala Walikota Bengkulu Helmi Hasan. Hanya hendak  mengingatan atau memberitahu saja kemasyarakat,  kalau panganan serupa itu, ada yang dengan ala kebengkuluan. Bengkulunesia, bukan budaya Timur Tengah, Hadramaut Yaman.
Alangkah arif bijaksananya kalau panganan daerah lebih di utamakan. Ada nasi besantan (Nasik Santan)  ala Pasar Bengkulu yang mestinya lebih dipopulerkan. Apalagi Pemerintah kota rencanaya akan melakukan pembangunan di Kota Tuo ini.  Ada juga nasi kunyit panggang ayam dan ala lainnya.  Bukankah   budaya anak Negeri  Melayu Kota Bengkulu lebih ditojolkan?
Itulah pentingnya seorang pemimpin untuk mengetahui muatan lokal, bukan ‘melokalisir muatan’.
Di kalangan masyarakat  arab keturunan, nasi kebuli (Kabuli)  memang dikenal, terutama di Pulau Jawa.  Awalnya di bawa oleh para ulama untuk berdakwah menyebar di Negara India dan Pakistan.  Baru masuklah ke Indonesia. Mungkin  sesuai perkembangan zaman, kini nasi kebuli dijadikan oleh  sekelompok orang  sebagai media untuk menyebarkan faham atau lainnya.
“Biasonya dipaju besamo dalam satu talam atau nampan. Kalu di Jawa Barat di ate daun pisang. Katonyo untuk kebersamaan. Pertanyaannyo, apokah makan be edang  dipiring masing-masing idak ado kebersamaan? Penjahat ajo idak dalam satu nampan, pacak nyo kompak  untuk merisau rumah orang”,  jelle Cik.
Bukan maksud hendak menolak adanya akulturasi budaya, tapi baiknya makanan Melayu Bengkulu lebih diutamaan untuk di perkenalkan masyarakat luas. Bila tidak, masyarakat akan bertanya-tanya  bakkata pepatah, “Bila Tak Berada-ada, Tak Akan Burung Tampua Besarang Rendah”.
Pahamkah para pamangu jabatan saat ini, kalau panganan nasil besantan (Nasik Santan), Nasi unyit panggang ayam  dan panganan lainnya sudah hampir dilupakan? Akankan Nasi Kebuli mengantikan ini semua? Jawabnya, Cik Tau Tapi Cik Slow. Tapi Slip-slip, Cik Pecci Jugo.
Wartawan tinggal di Bengkulu Kota
The post Girik Cik : Nasi Kebuli bukan Budaya Melayu Bengkulu appeared first on kupasbengkulu.com.

Related

Sriharti di Negeri Bukan Perawan

Hembusan angin senai-senai saat mentari menyengat Negeri Bengkulu,  sudah...

Malam Pembantaian Thomas Parr 1807 (Tamat)

Peran  Orang Dalam Tahun  kepemimpinan Residen Thomas Parr dianggap melakukan...

Malam Pembantaian Thomas Parr 1807 (Part 2)

Siapa Pelakunya “Pribumi tak berprikemanuasiaan, kejam dan sadis”. Itulah yang...

Malam Pembantaian Thomas Parr 1807 (Part 1-3 tulisan)

“Malam itu, sekelompok pribumi merangsek masuk Gedung Mount Felix...

Girik Cik: Matisuri Peradatan di Negeri Bukan Kukang

Tekad  anak negeri ingin “Adat Bersendi Sarak, Sarak Bersendikan...