By: Cik Ben
Penduduk negeri ini belum dikatakan penduduk berfikir. Mereka masih dalam katagori penduduk pendongeng. Kejadian itu berlangsung turun-temurum, hingga lahirlah pemimpin dari kelompok mereka dari hasil Pengklonan atau kloning.
Tipikal pemimpin dan penduduk yang selalu ingin menyatakan apa yang dirinya ingin katakan. Mereka merasa tidak punya ketentuan dan kesadaraan tentang dirinya. Inilah pemimpin di Negeri Pendogeng. Pemimpin dan penduduknya selalu bercerita akan hal-hal yang luar biasa, yang penuh khayalan (Fiksi). Suatu hal yang tidak benar-benar terjadi saat berdikari, kecuali di subsidi oleh penduduk negeri berakli.
Semua yang diceritakan Pemimpin Negeri Pendongeng hanya ada pada kenyataaan di negeri lain. Uniknya, Pemimpin Negeri Pendongeng tak sadar menceritakan sesuatu seperti nyata, dan baru tersentak sadar setelah cerita itu menjadi gunjingan penduduk dongeng. Akhirnya, apa yang ada dalam cerita dongeng itu, dianggap, dipandangnya memang bukan hal yang sunguh-sunguh. Pemimpin itupun sadar kalau dirinya sedang menipu diri sendiri.
Terkadang pertanyaan kanak-kanakpun berani dilontarkan. Itupun harus dijawab oleh penduduk dongeng, dengan alasan untuk memecahkan, mencari jawaban dari masalah yang ada.
Pertanyaannya, salahkah dan harus diceme’ehkankah Penduduk negeri pendongeng itu? Rasanya tidak. Pertanyaan anak-anak mustilah di apresiasi. Ini penting untuk pemimpin dan penduduk pendongeng menuju kedewasaan berfikir.
Lantas, seberapa pentingkah pertanyaan anak-anak dinegeri dongeng itu mesti diperoleh jawaban? Penting. Hakekat pertanyaan itu adalah masalah yang tak boleh diabaikan. Meskipun yang perlu kita ingat, di dalam dongeng tidak ada soal atau pertanyaan.
Solusi Tanpa Konklusi
Tanya dan jawab di cerita dongeng bercampuk aduk. Orang Melayu Bengkulu bilang bekumpulbabal. Dalam Cerita dongeng, pertanyaan selali disamakan dengan jawaban. Akibatnya, bila ada pertanyaan, maka setiap pertanyaan menjadi tidak terang lagi.
Cik Ingin mengatakan, dalam cerita dongeng, dalam unsur pertanyaannya selalu mengandung unsur jawaban. tetapi apa diayal, semua itu harus mendapatkan jawaban, agar negeri ini menjadi dewasa.
Caranya? Pemimpin dan penduduk Negeri Pendongeng selalu lakukan tanya jawab yang bergulir, atau lazimnya disebut dialog. Soal bagaimana seni dialog atau dialektiknya, sesuaikan dengan budaya penduduk negeri.
Hanya saja perlu di ingat, agar tidak dikatakan proses menuju perubahan itu ‘ngejut-ngejut aja’, bahwa dalam dialog mesti lebih dulu ada sesuatu hal yang akan di ceritaan, selanjutnya baru ada jawaban atau bantahan. Ingat, dialog itu akan selalu mengingatkan sesuatu yang telah lalu. Dalam dialog juga ada masa kini dan memikirkan hal yang akan datang. Semua pertanyaannya itu harus dijawab meskipun tanpa konklusi .
Wartawan tinggal di Kota Bengkulu