kupasbengkulu.com – Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengaku kecewa atas pemindahan dua gajah bernama Shinta dan Natasyah dari Pusat Konservasi Gajah Seblat, Bengkulu. Apalagi, menurutnya, pemindahan dua gajah itu dilakukan tanpa koordinasi dengan dirinya selaku kepala daerah.
“Saya kecewa berat atas tindakan pemindahan tersebut tanpa memberi tahu saya selaku gubernur. Pemprov Bengkulu tak dapat pemberitahuan, baik secara resmi maupun tak resmi,” kata Gubernur Bengkulu, Junaidi Hamsyah, Rabu (7/1/2015). Seperti dikutip dari kompas.com.
(terkait: Pemindahan Dua Gajah Bengkulu Dikritik)
Ia mencontohkan, rusa tutul yang dipelihara di Gedung Daerah atau rumah dinas gubernur Bengkulu selalu ada izin gubernur bila ingin dipelihara. Lalu gubernur mengarahkan pada BKSDA agar disurvei juga lokasi pemindahan.
“Kenapa memindahkan gajah Bengkulu lalu tak pamit,” ujarnya.
Junaidi mengaku akan senang bila gajah Bengkulu itu bisa dikembangbiakkan di daerah lain, tapi selayaknya ada semacam koordinasi. Ia menyatakan, BKSDA sebaiknya tak asal kirim gajah tersebut sebelum ada koordinasi mengenai pemindahan kedua gajah tersebut.
Sementara itu Kepala BKSDA Bengkulu belum dapat dimintai keterangan mengenai pemindahan kedua gajah tersebut, karena kepala BKSDA tak berada di tempat. “Bapak tak ada di tempat sedang ke Palembang,” ujar salah seorang staf BKSDA Bengkulu.
Sebelumnya, Direktur Utama Kebun Binatang Gembira Loka, KMT A Tirtodiprojo membantah bahwa pemindahan dua ekor gajah dari pusat konservasi Gajah Seblat Bengkulu ke Gembira Loka merupakan preseden buruk. Pemindahan Shinta dan Natasya merupakan bentuk andil kebun binatang Gembira Loka dalam membantu upaya konservasi gajah.
Menurut dia, Shinta dan Natasya pun bukanlah gajah liar. Sejak usia kecil sudah diselamatkan, dirawat dan dilatih di pusat konservasi.
kompas.com