Kamis, April 25, 2024

Ini Dia Sejarah Berdirinya Patung Tani Berlandaskan Pancasila

PATUNG TANI (1)
Patung Tani di Kabupaten Bengkulu Utara

kupasbengkulu.com – Sebagian orang mungkin belum banyak yang mengetahui siapa pencetus serta pembuat Patung Tani Berlandaskan Pancasila yang berdiri kokoh di Desa Marga Sakti Kecamatan Padang Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara.

Patung Tani dengan ketinggian sekitar 3,5 meter murni diprakarsai masyarakat dan biayanya dilakukan swadaya.

Dari hasil penelusuran kupasbengkulu.com, Senin (29/9/2014) akhirnya dapat bertemu langsung dengan Salijan, penggagas serta pembuat Patung Tani yang berlandaskan Pancasila.

Berdasarkan ceritanya, cukup panjang perjalanan untuk mendirikan Patung tersebut. Pada tahun 1980, Ia dari pulau Jawa datang Ke PT. Maju yang sekarang menjadi Desa Marga Sakti, dengan tujuan untuk mengunjungi saudaranya yang ikut transmigrasi.

Setelah beberapa hari ia tinggal bersama dengan saudaranya,timbul pemikiran dan tertarik melihat kondisi alam yang subur dan kehidupan gotong royong masyarakat masih terjalin dengan baik.

“Melihat dengan keindahan alam yang masih subur dan kegotong-royongan masih terjalin dengan baik,akhirnya saya memutuskan untuk menetap di PT Maju,” ungkap Salijan.

Diceritakannya, setelah perjalanan waktu, dari tahun 1980-1984, ia sudah menyatu dengan masyarakat ditempat ia tinggal. Desa Marga Sakti tempat ia tinggal sekarang, dulunya belum ada namanya, dan yang tinggal di lingkungannya hanya ada 11 Kepala Keluarga (KK).

Dengan berbekal ilmu yang ia dapati, dari tempat kelahirannya di pulau Jawa, yang pernah kerja di rumah sakit serta punya keahlian dalam bidang seni pahat patung, muncul ide untuk mendirikan patung yang nuasanya dikaitkan dengan kenyataan kehidupan masyarakat di tempat ia tinggal.

Mata pencaharian masyarakat petani waktu itu belum terarah. Ada yang petani cengkeh, jeruk dan ada juga yang bertani sawah yang mengandalkan tadah hujan. Di tahun 1984 awal, pemerintah melaksanakan proyek irigasi. Lahan yang ada di lingkungan irigasi semuanya dijadikan lahan sawah. Ada sebanyak 500 hektar petak sawah. Kehidupan petani waktu itu sudah mulai terangkat.

Melihat kemajuan serta kehidupan nyata, ide yang ada dikepalanya untuk mendirikan patung tani tidak mungkin dapat terealisasi jika tidak disampaikan kepada masyarakat. Dari rumah ke-rumah ia datangi untuk meminta dukungan dari warga sekitar ditempat ia tinggal. Rupanya dari rumah tetangga yang ia kunjungi itu sudah mempunyai ide yang sama. Adapun orang yang ia kunjungi dan punya ide yang sama, untuk mendirikan patung, Sugito (alm), Kusnin,HP, Muyayim dan Ketua LKMD Burhan Ramin.

“Setelah saya datangi satu persatu warga sekitar tempat saya tinggal, rupanya mempunyai ide yang sama. Artinya, tidak memerlukan perbincangan serta musyawrah yang panjang untuk membahas pembuatan patung. Kami sepakat berlima untuk mendirikan patung tani itu. Biaya ditanggung oleh kami berlima tanpa ada bantuan dari warga yang lain. Dan yang menjadi berdebatan, masalah Pancasilan,”terang Salijan.

Dikisahkannya,ornamen yang ada pada Patung tani yang berdiri kokoh berlandaskan pancasila mempunyai makna tersendiri. Generasi sekarang tidak mungkin mengetahui jika tidak mau bertanya.

Pondasi yang berbentuk bulat itu menunjukan kebulatan tekad para pendiri patung tersebut. Lalu,diatas bulatan itu ada pondasi bersegi delapan dan dilanjutkan pondasi bersegi empat.

Bila keduanya digabungkan menunjukkan pembuatan patung di tahun 2014. Nah, yang menjadi perdebatan dengan kawan-kawan lain pada saat untuk meletakkan patung diatas monumen ada yang tidak se-ide.

Ada yang mengatakan harus menggunakan tiang dan ada yang ingin menggunakan penyangga dengan menggunakan coran semen dan dibawahnya dituliskan landasan pancasila.

Perdebatan yang segitpun terjadi dan perlu pemahaman yang serius. Karena keinginan untuk memberikan penyangga dengan memijak pancasila ditentang oleh kawan-kawan. Akhirnya dengan memberikan pemahaman, yang namanya landasan tetap dibawah. Dan Patung Tani akhirnya diletakkan diatas Landasan pancasila.

“Patung Tani berlandaskan Pancasila kami buat memakan waktu satu bulan.Tanpa ada bantuan dari pihak pemerintah biayanya kami yang menanggung. Beruntung pada saat tahun pembuatan ada proyek irigasi. sehingga kami dapat membeli semen murah darara pekerja. Patung kami resmikan pada malam tanggal 17 Agustus tahun 1984. Kami warga sebelum meresmikan melakukan doa bersama-sama dengan tujuan apa yang dilakukan ada makna sejarahnya dikemudian hari. Meskipun sejauh ini belum ada pihak pemerintah daerah untuk memintak hak paten terhadap patung tersebut. Kami berikan itu untuk masyarakat. Dan itulah yang dapat kami perbuat untuk Kecamatan Padang Jaya dan akan menjadi cerita anak cucu dikemudian hari nanti,” demikian Salijan.

Penulis : Jhon Kardinat, Kabupaten Bengkulu Utara.

Related

Bhabinkamtibmas Polsek Ketahun Gelar Sosialisasi Saber Pungli

Kupas News, Bengkulu Utara – Polres Bengkulu Utara melalui...

Polisi Lakukan Pengamanan Ibadah Paskah di Gereja Arga Makmur

Swafoto Bhabinkamtibmas Polres Bengkulu Utara saat melakukan pengamanan Ibadah...

5 Desa di Bengkulu Utara Terima Bantuan dari Polsek Batik Nau

Kapolsek Batik Nau saat menyerahkan bantuan kemanusiaan di Bengkulu...

Polisi Sita Puluhan Liter Minuman Tuak di Bengkulu Utara

Anggota polsek Lais saat menunjukan hasil sitaan minuman keras...

Bank Indonesia dan Komisi XI DPR RI Sosialisasikan QRIS di Arga Makmur

She Asa Handarzeni saat mengisi materi pada acara kegiatan...