Lebong, kupasbengkulu.com – Pasca bencana banjir bandang dan longsor yang menerjang cluster A PT PGE Hulu Lais beberapa waktu lalu, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menerjunkan tim Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, guna mencari penyebab bencana dan solusi untuk penanganannya.
“Kedatangan kami untuk mengevaluasi bencana longsor dan banjir bandang yang terjadi di Cluster A PT PGE ini, kami sudah melakukan pemeriksaan selama dua hari,” terang Ketua Tim PVMBG, Herry Purnomo, Senin (02/05/2016).
Dia mengatakan nantinya tim akan menyampaikan laporan mengenai faktor penyebabnya bencana dan dampak yang akan terjadi ke depan, serta upaya penanggulangan bencana tersebut.
Selama terjun ke lokasi, tim telah menganalisa beberapa sample, termasuk faktor geologi. Selain itu, Herry menyebutkan bahwa lokasi bencana (Cluster A) bisa sewaktu-waktu dapat terjadi longsor susulan.
“Setelah tim terjun ke lokasi, kami melihat beberapa faktor seperti susunan batu, struktur tanah, vegetasi dan tata lahannya bagaimana, apakah sudah berubah apa belum. Demikian juga dengan air, penyebab banjir bandang, serta kita akan melakukan evaluasi sekitar sini. Karena seluruh areal ini dimungkinkan longsor susulan,” sambungnya.
Herry juga mempertanyakan penentuan lokasi PT PGE Hulu Lais. Bukan tanpa alasan, berdasarkan geografis, Lebong merupakan post magmatik, yang sebelumnya merupakan bekas dari gunung-gunung api, sehingga kawasan ini menjadi kawasan penghasil uap air.
“Jadi mengapa Lebong bisa menjadi lokasi Gheotermal? Sedangkan Lebong sendiri merupakan wilayah post magmatik bekas gunung berapi. Maka dari itu timbul gunung-gunung api bekas di sini, apalagi di dalamnya masih ada magma yang panas yang terakumulasi dengan air hujan, kemudian bisa menimbulkan uap air,” jelas Herry.
Namun di sisi lain, dia juga menambahkan, bahwa kedatangan pihaknya untuk mengantisipai serta menyelamatkan sumur-sumur bor milik PT PGE, selanjutnya akan di evalusi supaya sumur tersebut tetap bisa dimanfaatkan.
“Walau bencana ini telah menghancurkan aset PGE di cluster A, kita tetap mencari cara antisipasi supaya sumur panas bumi ini masih dapat dimanfaatkan. Karena, ini merupakan aset negara dan biaya yang telah dikeluarkan negara juga tidak sedikit,” demikian Herry. (spi)