Keris ini bernama pusaka Yung, merupakan peninggalan poyang Ulu Balang Singo dari tanah leluhur Pagar Uyung dan merupakan pusaka Marga Kuto Padang, Kini Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu .
Konon ceriteranya, keris itu digunakan oleh Poyang Ulu Balang Singo, dalam perang terhadap Raja Anak Dalam Ulu Bengkulu, Raja di Kerajaan Rejang Sawah, dalam upaya merebut tanah Margo yang di kuasai oleh kerajaan ini.
Fakta peninggalan sejaranya kini masih tampak di lokasi Tanah Kuto Padang, eks Benteng Tanah yang disebut Kuto diwilayah Kuto Padang sekarang, sebelah selatan Desa Tanjungan Kecamatan Seluma Selatan. Benteng ini bekas pertahanan prajurit Kerajaan Rejang Sawah, berupa parit. OLeh anak negeri setempat disebut Tambak Rejang.
“Keris ini pernah di gunakan oleh Datuk saya masa penjajahan Jepang, dikala terjadi keributan dengan tentara Jepang di Pantai Buluan, Desa Pasar Seluma saat ini. Di Tanah Negum, Desa Padang Merbau, kedua tempat tersebut merupakan Tempat Basis Tentara Jepang di wilayah Seluma,” cerita pewaris keris, Abzan Muzil warga Desa Tanjung Seru pada dikediamannya, Minggu (17/4/2016).
Disaat terjadi pergolakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) tahun 1958-1960, wilayah Marga Kuto Padang, di jadikan orang tua saya dan kawan-kawanya sebagai basis senjata, untuk mengusir para gerombolan yang menjadi pengacau, memeras rakyat, memperkosa di wilyah Marga Kuto Padang.
Menghisap Darah
Kelompok gerombolan itu berasal dari Talo Tanah Abang, Puguk, Kota Agung, Air latak, Napal, Talang Perapat,Talang Tinggi dan pengikutnya dari penduduk di marga itu sendiri.
Kala itu, orang tua Abzan Muzil sempat tertembak oleh bala tentara Jepang. Namun berkat kesaktian keris tersebut katanya, peluru senjata penjajah kala itu tidak sampai melukai kulit orang tuanya.
“Orang tua saya dikala itu kena tembak, tapi alhamdulillah, Allah melindungi belaiu hingga tidak tewas di tembus peluru yang di tembakan oleh Jepang itu. Ini semuanya berkat pertolongan Allah yang masih berpihak kepada orang saya,” katanya
Kisah keris yang memiliki lengkuk sembilan itu, juga kerap digunakan sanak saudaranya jika tertimpa masalah besar, persoalan sengketa tanah atau berhadapan dengan bahaya seperti ancaman binatang buas.
“Dulu waktu saya tugas mengajar di daerah Padang Capo, keris ini selalu saya bawa, karena daerah itu kawasan Semidang Bukit Kabu habitatnya harimau. Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa,” jelas Abzan Muzil, yang kini menjadi Guru SMP di Kabupaten Seluma ini.
Keunikan keris itu, selain dapat meredamkan masalah, keris itu juga disebut Setetes Darah. Karena ketika lawan ataupun pemegang keris meneteskan darah di dekat keris, maka spontan keris akan menghisap darah itu, lalu membunuh si penetes darah itu.
“Pusaka ini masih kami jaga dan rawat, karena peninggalan orang tua saya,” ujarnya.
Penulis sengaja mengangkat, mengali strory dan history yang ada di Kabupaten Seluma saat ini, mengingat sejarah panjang kita nyaris putus, hilang diterpa zaman. Kita tahu akan pentingnya sejarah bagi kelangungan masa yang akan datang.