Oleh: Benny Hakim Benardie
Sejarah panjang Negeri Bengkulu dengan berbagai keterbatasan anak negeri, banyak hal yang belum terkuak. Sisi bahasa di Provinsi Bengkului ini, ternyata bahasa Rejang (Re-Hyang). Nenek moyang merekalah yang pertama kali mendirikan Negeri Lu-Shiangshe pada 264-195 sebelum Masehi.
Etnik pendatang pertama ini memiliki anatomi, rambut hitam, kulit sediriki putih dan mata tidak terlalu sipit. Tinggi mereka rata-rata 170 Cm. Mereka ini merupakan pendulang emas yang terampil, rajin bertani dan berternak, selain pandai bertukang. Ternyata mereka ini etnis yang berasal dari Hyunan Cina (Cung Kuo Jen).
Seiring masa, komunitas ini terus berkembang dengan keturunannya (Chi Au Sen) hingga tahun 2016 ini (Chi Au Sen Se Pat Tay). Meskipun hidup di Negeri Bengkulu, dengan mengunakan kata etnik Rejang, tentunya bukan satu-satunya etnik di nusantara ini. Di Kalimantan Barat ada Negeri Rejang dan Sungai Rejang. Di Provinsi Bali ada tari Rejang, termasuk di Negara Malaysia.
Bahasa Rejang bukanlah bahasa yang dapat dikelompokan dalam rumpun Bahasa Melayu (Malayu). Etnik Rejang merupakan bahasa dari daratan Asia dan Asia Tenggara, yang berakar dari bahasa Hyunan kuno atau Cina daratan. Jadi jelas Bahasa Melayu Bengkulu merupakan pendatang baru di Negeri Bengkulu ini.
Rumpun Bahasa Melayu
Rumpun bahasa melayu di Provinsi Bengkulu dapat kita catat, 1. Bahasa Melayu Ippoh, termasuk Mukomuko, Lubuk Pinang, Bantal, Lima koto, Ketahun dan Pasar Bengkulu. 2. Bahasa Melayu Lembak, Tanjung Agung Dusun Besar dan Pagar Dewa. 3. Bahasa Melayu Kota Bengkulu.
Bahasa Melayu Serawai dan Pasemah (Phasemah) yang penyebarannya meliputi Manna, Tais, Palak Bengkerung , Tanjung Sakti, Kedurang Padang Guci serta Kaur dan seterusnya. 5 Bahasa Melayu Bintuhan.
Untuk Bahasa Melayu Kota Bengkulu mengalami pencampuran, serapan setelah kedatangan Inggris tahun 1692 Masehi. Sebelumnya Inggris juga bercokol di negeri Bengkulu ini di tahun 1632 Masehi.
Dengan membaur dan bercokolnya Inggris, kurang lebih kurang 65 persen bahasa Inggris terserap dalam bahasa Melayu Kota Bengkulu. Sedangkan Belanda dengan bahasanya pada tahun 1686-1691 tidak banyak berpengaruh dalam Bahasa Melayu Kota Bengkulu.
Pelunturan
Keluar masuknya pendatang di Negeri Bengkulu dan seiring pengaruh bahasa pers, secara berlahan Bahasa Melayu Kota yang dipengaruhi bahasa Inggris, kini sudah sedikit dipergunakan, kecuali kaum tua dan beberapa tempat di Bengkulu.
Saat ini bahasa Melayu kota telah berkolaborasi dan berasimilasi dengan bahasa Melayu Serawai, Melayu Lembak, Melayu Pasmah dan Palembang kota. Akibatnya, pengaruh Inggris di bahasa Melayu kota nyaris pupus.
Setiap bahasa daerah itu rupanya mempunyai kekuatan, bahkan seakan mempunyai batas waktu tertentu.
Bahasa Lampung (Lamphong) pesisir atau Krui hingga pada pertengahan abad ke-16 atau sekurang-kurangnya di tahun 1521 M, menjadi bahasa ibu, bahasa yang digunakan sehari-hari oleh penduduk Bengkulu.
Penulis Hakim Benardie mengatakan, hasil etnolinguistik yang dilakukannya dalam perbandingan bahasa asli Kota Bengkulu, ternyata Bahasa Melayu Bengkulu memiliki keunikan tersendiri. Banyak pengunaan bahasa yang berakhir o, e, i dan ini bukan pengaruh bahasa Inggris dan Belanda apalagi Jawa.
Bahasa Melayu Bengkulu dipengaruhi bahasa Palung, Khmer, Campa dan Khasi rumpunan bahasa Mon (Hyunan Cina). Condoh bahasa Bengkulu kota adalah: 1. Renca asal Melayunya Rencea artinya campur. 2. Tempek asal Melayunya Tampet artinya tempat. 3. Serayo asal Melayunya Seraye artinya disuruh. 4. Moran asal Melayunya Mengkail artinya memancing dan sebagainya.
^ Pemerhati Sejarah dan Budaya tinggal di Bengkulu. 2016)