Kolonisasi pertama di Hindia Belanda di Benkoelen pada daerah Rejang sukses. Jumlah kolonis terus berambah. Sebagian mereka ditempatkan didekat areal perkebunan dan pertambangan, di Lebong, yang kini menjadi Kabupaten Lebong.
Kolonisasi pertama tiba berjumlah 92 orang. 40 laki-laki, 10 wanita dan 42 anak-anak. Mereka ditempatkan di sebuah lahan bekas marga setempat. Mereka menetap dekat pertambangan, yang jaraknya sekita 4 Km dari kota Mura Aman.
Di wilayah itu mereka membuat perkampungan atau dusun keil yang mereka berinama Sukabumi, Pandeglang dan Kotamanjur. Seiring waktu, populasi berkembang. Di Tahun 1914, jumlah kolonis ini menjadi 282 jiwa. Ditahun 1918, jumlah mereka meningkat menjadi 496. Ada 245 laki-laki, 113 perempuan dan 138 anak-anak.
Pesatnya perkembangan penduduk, akhirnya kolonisasi langsung dihentikan. Para kuli kontrak dari pulau Jawa saja yang diboyong ke Negeri Bengkulu untuk menetap.
Kolonisasi langsung dari Pulau Jawa, baru dibuka lagi oleh Pemerintah Belanda di Tahun 1924, dengan jumlah migran 147 orang, dengan 64 laki-laki, 43 perempuan dan 22 anak laki-laki serta 18 anak perempuan yang ditempatkan di daerah Lebong. Mereka membuka desa baru dan memberi nama Desa Magelang. Mereka ini berasal dari migran Jawa Tengah. Mereka ini membuat persawahan dan berternak.
Pekerjaan sampingan mereka menjadi kuli pemerintah di Dinas Pelerjaan Umum atau di perusahaan tambang sawah dan Lebong Simpang. Baru Tahun 1931, kolonisasi ini mulai tanpa arah. Mereka datang sendiri mengikuti karib kerabatnya yang ada di Negeri Bengkulu. Perjuangan dalam perjalanan menuju bengkulu penduduk Pulau Jawa itu memang menapjupkan. Mereka merupakan penduduk misikn di desa asalnya, dengan biaya pemberangkatan dengan ongkos sendiri.
Perjuangan Hidup
Gambaran dapat diambil dari 122 migran pertama yang berasal daerah Bogor, Tasikmalaya dan dan Sukabumi. Daru sana mereka beragkat naik kereta menuju Pelabuhan Tanjung Priok.
Dari pelabuhan mereka naik kapal laut milik Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KMP). Dalam perjalanan sehari semalam, akhirnya sampai mereka di Pelabuhan BOOM Ujung Karang, yang kini merupakan titik nol Provinsi Bengkulu. Perjalanan belum usai. Dari pelabuhan, mereka harus berjalan kaki menuju daerah kolonisasi di Kepahiang yang berjarak 60 Km. Dalamperjalanan, mereka diberikan makanan minum yang diangkut gerobak, yang oleh masyarakat setempat disebut plangkin.
Saat lelah dan malam menjelang, mereka singgah dan menginap dirumah penduduk melayu setempat. Baru setelah tiga hari perjalanan, mereka tiba di daerah penempatan. Tempat penampungan eks tangsi militer yang telah buruk.
Dikepahiang, mereka dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama ditempatkan di Air Lembut, untuk dipekerjakan di perkebunan tembakau. Dua kelompok lagi diletakan di Kebon Agung dan Talang Benih dekat daerah Curup. Mereka membuka lahan persawahan, bekerja sama dengan kepala marga setempat
Kolonisasi orang Jawa Barat, Sunda selesai. Pada Tahun 1930, kolonisasi orang Jawa Tengah dan Timur dimulai, dengan mendatangkan 45 Kepala Keluarga dari daerah Banyumas. Mereka didatangkan dengan biaya Bank Rakyat Bengkulu (Volksbank Benkoelen).
Disadur Benny Hakim Benardie, dari tulisan Mth Lindayanti Menuju Tanah Harapan: Kolonisasi Orang Jawa Di Bengkulu