Selasa, Maret 19, 2024

Malam Pembantaian Thomas Parr 1807 (Part 1-3 tulisan)

“Malam itu, sekelompok pribumi merangsek masuk Gedung Mount Felix (Kini Rumah Dinas Gubernur Bengkulu/Gedung Daerah) dan melakukan pembantaian Residen Thomas Parr dihadapan isterinya. Tragedi terjadi  akibat penderitaan pribumi,  wanprestasi bisnis hasil bumi yang dilakukan pihak Inggris”
Malam itu, Kamis 23 Desember 1807. Tak ada perubahan cuaca sejak sepekan ini. Panas pantai tetap saja meninggalkan lekat garam dikulit. Cuaca nulai berubah dan hujan yang tak bergitu lebat, mulai  mendera kota tanah mati ini, mulai saat mentari meninggalkan siang. lengang mulai terasa. Hanya dua atau tiga  orang serdadu Inggris tampak berdiri di dekat Padang Gereja (Lapangan Merdeka), tak jauh dari pemukiman orang-orang Tionghoa.
Dari arah Benteng Marlborough, pusat pemerintahan koloni Inggris di Bencoolen, tampak plangkin (Gerobak) berkonvoi untuk bergegas pulang, usai mencari obyekan angkutan hasil bumi di Pelabuhan Boom. Para penunggang plangkin datang dari ara selatan  Bencoolen. Meskipun tak terlalu basah di terpa hujan, plankin beratapkan rumbia itu tetap melaju. Rasa lelah dan gundahgulana tampak diarut wajah para penunggang plakin, saat ,mereka sedikit kemalaman pulang kerumahnya.
“Tabik tuan…..Tabik tuan……Numpang liwat”, kata penunggang plangkin saat melintas depan dua serdadu yang tampak mengamati plankin mereka.
“Ya…. watch out, watch out for wild animals. Work tomorrow if you want to eat” tegur salah seorang serdadu, hingga plankin berlalu.
Sekira pukul 0912 WIB, Kota Bencoolem mulai sunyi senyap dalam irama rintikan hujan. Hembusan angin dari laut sesenai, membawa kantuk para serdadu jaga. Siapa sangka air tenang dapat menghanyutkan. Bencoolen yang aman tentram menjadi mencekam. Tenyata  inilah awal malam berdarah itu. Malam mengemparkan  Kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur Britania (East India Company atau British East India Company) di Benggal  India, termasuk Kerajaan Inggris.
Benny Hakim BenardieSetidaknya yang tampak malam itu, ada tiga  pemuda  mengendap masuk di Mount Felix. Sepertinya para pemuda itu mengerti seluk-beluk bangunan dan berhasil masuk dikamar tidurnya  Residen Thomas Parr dan isterinya Frances Roworth yang tengah terlelap tidur. Sementara satu anak lelakinya mereka berada di kamar sebelahnya.
Sempat terdengan sedikit kegaduhan memasuki pintu kamar. Namun gerakan para pemuda itu begitu cepat. Saat tahu ada penyusup, Frances Roworth sempat membangunkan suaminya Thomas Parr.
“Baby wake up. There seemed to be a noise (Sayang bangun. tampaknya ada suara kegaduhan”, membangunkan suaminya.
Belum sempat berdiri, dua orang menyekap dan mengorok batang leher Thomas Parr. Residen ini mencoba memberontak. Namun apa daya, gorokan parang tajam terus mengesek lehernya hingga ia menggelepar saat kepalanya putus.
Frances Roworth coba meronta. Sempat ia berteriak minta tolong serdadu jaga, namun suara hujan menyamarkan pendengaran.
“Please …There’s a murderer … A murderer … A guard”, teriaknya sembari menerima  berapa pukulan di muka. Luka goresan pisau ditangannya dan tusukan pisau mengjentikan.  Terbayang olehnya akan anaknya yang masih bayi berada disebelah kamar  tidur menangis. Lemas, lunglai  saat ia melihat banjiran darah dilantai. Sempat senyap dan terbangun kembali,  saat para penyusup, pembunuh, pembantai  itu sudah berada di luar kamar. Suaminya yang yang menikahinya  9 tahun lalu itu mati tragis dihadapannya. Tangispun pecah.
Residen Thomas Parr tewas dengan kepala terpenggal. Jabatan yang di embannya 22 bulan lalu sebagai Residen Bencoolen, hebohkan seluruh penjuru Negeri Bencoolen. mayat Residen Thomas Parr  tergeletak tanpa kepala. Dalam lemas dan luka, Frances Roworth mendengar kembali ada kegaduhan di halaman gedung. Tapi apa daya, empat tusukan pisau di dada dan tangan, tendangan  membuat dirinya harus diam pasrah.
Dirinya hanya ingat, para pembantai suaminya itu merupakan orang berperawakan Melayu. Pribumi Bencoolen. Sempat ia mendengar beberapa kali letusan senjata api, yang akihirnya mengundang datang serdadu dari Benteng Marborough yang jaraknya sekitar 500 meter dari Gedung Mount Felix. Serdadu tiba, para pembantai itu sudah lenyap entah pergi kearah mana.
Para pembantai itu berhasil  membawa kepala Thomas Parr dan beberapa benda milik mereka. Terakhir baru diketahui, assisten Residen Charles Murray juga terluka. Bahkan Murray hembuskan nafas terakhirnya, beberapa hari setelah serangan itu.
Kabar duka itu akhirnya dilaporkan secara luas dan dramatis oleh orang Inggris di Negeri Bencoolen. Peristiwa itu sebabkan masyarakat Melayu Pribumi lainnya ikut melakukan pemberontakan. Terjadilah kekacauan hingga akhirnya markas besar Koloni Inggris di  Benteng Marlborough ikut diserang dan dibakar. BERSAMBUNG.
*Cerpenis tinggal di Kota Bengkulu/dikisahkan dari berbagai sumber.  
The post Malam Pembantaian Thomas Parr 1807 (Part 1-3 tulisan) appeared first on kupasbengkulu.com.

Related

Sriharti di Negeri Bukan Perawan

Hembusan angin senai-senai saat mentari menyengat Negeri Bengkulu,  sudah...

Malam Pembantaian Thomas Parr 1807 (Tamat)

Peran  Orang Dalam Tahun  kepemimpinan Residen Thomas Parr dianggap melakukan...

Malam Pembantaian Thomas Parr 1807 (Part 2)

Siapa Pelakunya “Pribumi tak berprikemanuasiaan, kejam dan sadis”. Itulah yang...

Girik Cik: Matisuri Peradatan di Negeri Bukan Kukang

Tekad  anak negeri ingin “Adat Bersendi Sarak, Sarak Bersendikan...

Girik Cik: Jangan Pilih Cagub ‘Pengicu’

Tinggal hitungan bulan, Provinsi Bengkulu bakal pemilihan calon gubernur...