Kamis, Maret 28, 2024

Menguak Kabut Histoculture Negeri Bengkulu (3)

Sebuah naskah kuno ditemukan Tahun 116 SM di Tibet  Republik Rakyat China berjudul, “Berniaga ke  Negeri China” diawa pulang oleh paraa pedagang pelintas batas jalur sutra ke India. Kini naskah itu tersimpan di sebuah kuil.

Naskah itu  banyak bercerita tentang Negeri Lu Shiangshe diseberang laut, Phaalas (Sumatera) yang makmur, perniagaannya mengunakan emas. Dari berita itulah salah satu meningkatnya imigran India dan China pada Tahun 200 Masehi di Chalava, Jakarta sekarang.

Perniagaan mengunakan emas itu sebagai alat tukar kala itu, dengan mengunakan pasir emas. Karena Sebelum Masehi, mata uang belum ada sebagai alat tukar, selain dua negeri yaitu Lu Shiangshe  (Bengkulu) dan Phalimbam (Banten). Karena dua negeri inilah penghasil emas.

Sebagai catatan, di areal penambangan emas  di Lebong Tandai Bengkulu Utara,Tahun 1972 masih ditemukan komplek pemakaman  kuno Tionghoa abad ke-15. Letaknya dilereng gunung  dengan kemirigan 45 derajat.  Penemuan itu menunjukan bahwa sebelumnya telah ada penduduk pendatang yang mendiami kawasan tambang itu. Tak tutup kemugkinan,  nenek moyang merekalah  yang pertama memberikan  nama  Negeri Lu Shiangshe 264- 195 SM.

Pertanyaan yang terbetik adalah, akankah penguakan histoculture Negeri Bengkulu yang kaya raya  ini dapat diungkap kembali?  Negeri Lu Shiangshe yang berada di Provinsi Bengkulu saat ini, banyak diceritakan dalam syair Ramayana, para Ahli Ilmu Bumi dari Yunani, termasuk dari Negeri China itu sendiri.

Lebong Tandai. Foto BerkasCOLLECTIE TROPENMUSEUM

Sekali lagi penulis ingin  mengatakan, semua itu tidak akan ada manfaatnya,  selain konsumsi fantasi belaka. Paling tidak untuk  program wonderful 2020 mendatang.  Tentunya bila tidak ada kemauan dan dukungan dari Pemerintah Provinsi, kota serta kabupaten  di Bengkulu,  sejarah peradaban masa lalu negeri ini akan hilang dihebus angin barat.

Kisah Negeri Bengkulu

Nama Negeri  Bengkulu,  Lu Shiangshe disebut dalam peta yang dibuat Stabo  63  SM – 21 Masehi  dari Ahli Bumi  Bangsa Amasia  Mesir. Peta yang dibuat  Ahli Bumi Bangsa Yunani , Claudius  Ptolemaeus  127 -151  Masehi  juga menyebutkan,  “Golzden  Chersonese, Pulau Emas”.

Dalam Kitab Taurat (Perjanjian lama)  yang ditemukan di Negeri Syria  (Suriah)  350 SM, menceritakan kisah Nabi Sulaiman  (600 SM)  menceritakan kisa pelau Phoenisia  yang belayar ke seluruh penjuru dunia untuk mencari ophir  atau tambang emas.

Sebuah Syair Ramayana yang ditemukan  106 tahun  setelah wafatnya  Nabi Isa as disebutkan, “Periksalah baik-baik Javadwiva yang mempunyai tujuh buah kerajaan, yaitu Pulau Emas dan Perak yang dihiasi tukang-tukang emas”.

Selanjutnya di sebutka, “ Pulau itu sangat subur  tanahnya dan banyak mengandung emas,  mempunyai ibu negeri yang bernama Perak dan disebelah baratnya terdapat  sebuah penyeberangan”.  Bersambung    

(Pemerhati Sejarah dan Budaya Bengkulu, Alumni Universitas Islam Djakarta)

Related

KUHP Tidak Berlaku untuk Kegiatan Kemerdekaan Pers

Kupas News, Jakarta - Walaupun Rancangan Undang-undang (RUU) Kitab...

Modus Mafia Tanah di Ruang Peradilan

Oleh : Elfahmi Lubis Mafia Tanah sudah menggurita dan telah...

Kaum “Rebahan” Ditengah Isu Kerakyatan

Dimana posisi kaum "rebahan" atau kaum "mager" yang didominasi...

Polemik RUU Sisdiknas, Maksimalkah Uji Publik?

Oleh: Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd Mencermati draft Rancangan Undang-Undang Sistem...

Kiprah Parsadaan Harahap Hingga Duduki KPU RI

Sosok Persadaan Harahap atau yang sering disapa bang parsa,...