Kerancuan akan penulisan sejarah, tidak mustahil terjadi pada sejarah Negeri Bengkulu yang diambil dari babat, kronik-kronik yang kurang berkompeten sumbernya. Ada kepentingan pribadi atau kelompok yang ditarik-tarik, agar terhubung ‘garis birunya’.
Terlepas dari kesalahan dan kepentingan, para penulis sejarah terdahulu perlu mendapat apresiasi. Itu lebih baik dari pada tidak berbuat sama sekali.
Sebelumnya sudah kita sebutkan soal Fathahillah Khaan al Pasee sempat singgah dibandar Bengkulu Tahun 1521 Masehi yang kemungkinan besar itu berada di Muara Bengkulu atau Negeri Talang Pauh. Ini akan menguraikan Kerajaan kecil Bengkulu yang di pimpin Ratu Agung, raja kerajaan kecil pertama, ayahnya Putri Gading Cempako. (Fathahillah Khaan al Pasee yang dikenal Tugus Angke alias Sultan Maulana Syarief Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati yang dimakamkan di Gunung Sembung Cirebon).
Keberadaan Kerajaan kecil di Negeri Bengkulu ini, ada beberapa pihak mencoba mengkaitkan dengan Kerajaan Majapahit masa 1293 -1500 Masehi. Dihubungkanlah dengan kedatangan empat orang Bhiksu dari Kerajaan Majapahit yaitu, Biku Sepanjang Jiwo. Biku Bembo. Biku Bejenggo dan Biku Bermano. Para Biku iniah dikatakan memerintah di Negeri Rejang Empat Pertulai pada Tahun 1460 Masehi.
Hal diatas dibantah Prof DR H Abdulah Sidik dalam bukunya Sejarah Bengkulu 1500-1990. Para Biku itu bukan datang dari Kerajaan Majapahit, tapi berasal dari Kerajaan Melayu. Ini tersebut dalam Syair Negarakertagama.
Bila benar empat Raja Biku yang memimpin Negeri Rejang Empat Petulai itu dari Kerajaan Majapahit Tahun 1460, maka dapat dipastikan mereka datang dari masa suram pemerintahaan Raja Girisawardhana Tahun 1456- 1466 Masehi atau Raja Singharwikramawadhana Tahun 1466- 1478 Masehi. Kerajaan Majapahit runtuh Tahun 1478 Masehi.
Sementara pada Tahun 1460 Masehi, pelabuhan atau bandar di pesisir barat Pulau Sumatera tercatat sedang ramainya dikunjungi oleh pelayaran asing untuk berniaga. Kala itu adalah Bandar Indrapura dan Bandar Bengkulu. Penulis tidak menemukan data, apakah saat itu Kerajaan kecil Bengkulu merupakan vasal Kerajaan Indrapura, yang ada sejak abag ke-9 Masehi
Fathahillah di Negeri Bengkulu
Negeri Bengkulu banyak disebut dalam babat Banten, Cirebon, Jakarta, Tanah Sunda, Palembang dan Babad Tanah Pasee (Aceh). Gujarat India Ahmad Ghulam Khaan dalam perjalanannya ke Cirebon, Tahun 1539 Masehi, hanya sedikit menceritakan Negeri Bengkulu, saat Fathahillah singga ke Bandar Negeri Bengkulu, 1521 Masehi.
Fathahillah singgah di Negeri Bengkulu, hanya saja tidak disebutkan petunjuk keberadaan kerajaan apa kala itu, pada 7 Jumadilawal 927 Hijriah atau 1443 Caka atau 1521 Masehi. Persinggahan itu terpaksa singgah ke Bandar Bengkulu, akibat cuaca dan kondisi laut ekstrim. Karenanya tidak memungkinkan melanjutkan ditengah angin barat berhembus.
Ulama besar Fathahillah bersama awak kapal Jungnya singgah selama 16 hari, sembari mengisi persediaan makanan. Sela itu mereka dibantu oleh anak negeri berupa beras dan ternak sebagai bekal menuju Kesultanan Banten.
Bekas pemondokan Fathahillah dan awaknya inilaa oleh anak negeri disebut dengan daerah Pondok Aceh, Bengkulu Tengah saat ini. Untuk daerah Pondok Aceh yang berada di Pulau Baii, Desa Kandang Kampung Melayu Kota Bengkulu, itu merupakan pondok peninggalan Laskar Aceh ada saat pemerintahan Sultan Iskandar Muda datang ke Negeri Selebar. Ini juga di sebutkan dalam beberapa naskah kuno.
(Pemerhati Sejarah dan Budaya Bengkulu, Alumni Universitas Islam Djakarta)