Kamis, April 18, 2024

Mengunjungi Desa Korban Lumpur Lapindo di Mukomuko

Jalan menuju ke Trans Lapindo
Jalan menuju ke Trans Lapindo

kupasbengkulu.com – Desa Talang Makmur Kecamatan Malin Deman atau dikenal dengan Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Trans Lapindo, desa yang berjarak sekitar 30 kilometer dari ibukota Kecamatan Malin Deman Kabupaten Mukomuko, Bengkulu ini merupakan salah satu desa terpencil.

Mengapa disebut Trans Lapindo? Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo atau Lumpur Sidoarjo (Lusi)  di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 29 Mei 2006. Mengakibatkan ratusan KK tersebut harus di transmigrasi ke Bengkulu, maka dari itulah lokasi ini populer dengan nama Trans Lapindo.

Fasilitas di desa yang ditempati sekitar 200 Kepala Keluarga (KK) ini sangat minim. Desa ini juga salah satu daerah tertinggal dari 151 desa se Kabupaten Mukomuko, Bengkulu. Terbukti dari akses jalan menuju desa itu benar-benar memprihatinkan.

Keterbatasan fasilitas dari sarana umum yang dirasakan warga desa, akan lebih terasa jika menyempatkan diri mengunjungi desa tersebut. Perjalanan menuju Trans Lapindo memang amatlah susah. Betapa tidak?, untuk tiba di desa tersebut dibutuhkan waktu sekitar 2,5 hingga 3 jam perjalanan dengan menggunakan sepeda motor maupun mobil. Perjalanan yang begitu banyak memakan waktu tersebut, diakibatkan sarana transportasi masih sangat sulit untuk menuju desa tersebut. Belum lagi jalanan yang harus dilalui masih tanah lempung, jika dilanda hujan menjadi lumpur dan saat kemarau penuh dengan debu.

Jika tidak memiliki keberanian dan nyali luar biasa, dipastikan tidak akan pernah sampai ke UPT Trans Lapindo tersebut. Jadi, siapa pun yang akan mengunjungi desa itu, pasti akan merasakan susahnya transportasi. Wajar jika warga desa setempat, sangat mengharapkan bantuan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mukomuko dan DPRD Kabupaten Mukomuko untuk memperjuangkan hadirnya sarana transportasi yang lebih baik menuju desa mereka.

Perkantoran di Trans Lapindo
Perkantoran di Trans Lapindo

Belum lama ini, ditengah teriknya panas matahari, saya mengunjungi daerah terisolir ini. Meskipun harus menemui rintangan berat dengan melewati jalan yang susah. Namun, saya tidak mundur selangkah pun. Jalan menuju daerah ini memang tidak selancar menuju desa lain di Kecamatan Malin Deman umumnya maupun desa lainnya di Kabupaten Mukomuko khususnya.

Dari pusat ibukota Kecamatan Malin Deman, bisa menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua menuju UPT Trans Lapindo. Kendaraan roda dua dan mobil juga mesti disetel sedemikian rupa. Untuk mobil mesti bergardan dua. Sebab, untuk melewati jalan tanah atau kerikil. Bisa dibayangkan betapa susahnya warga jika ingin berhubungan dengan dunia luar, begitupun sebaliknya.

Baru sepanjang lima kilo meter berjalan melewati hutan dan areal perkebunan sawit, badan sudah terasa penat dan kerongkongan pun kering kehausan. Namun dengan penuh semangat, akhirnya sampai juga di UPT Trans Lapindo. Dari awal perjalanan ini sampai di tujuan terlihat memakan waktu dua setengah jam sampai tiga jam.

Bukan sekedar cerita, saya benar-benar membuktikan betapa UPT Trans Lapindo merupakan daerah tertinggal. Semua sulit, baik akses jalan maupun hubungan dengan dunia luar.

Pohon kelapa sawit mengelilingi jalan yang seakan-akan hendak mengapit setiap kendaraan yang lewat. Sejauh-jauh mata memandang, tidak akan ada yang terlihat kecuali hanya hamparan perkebunan kelapa sawit dan hutan belantara.

‘’Beginilah susahnya akses jalan menuju Trans Lapindo. Kasihan kita dengan warga di sini harus menyabung nyawa setiap kali ingin berurusan ke ibukota kabupaten,’’ kata warga Kecamatan Ipuh, Sukarna yang menemani saya saat berkunjung ke UPT Trans Lapindo belum lama ini.

Trans Lapindo, dihuni ratusan jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 200 KK. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pekebun sawit. Sebagian besar lahan di wilayah tersebut, adalah lahan perkebunan sawit, karet dan ubi kayu. Selain itu, penduduknya 100 persen menganut agama Islam dan etnis yang mendominasi berasal dari etnis Jawa.

Namun, sayang potensi besar perkebunan itu, sulit untuk dibawa keluar karena sulitnya akses transportasi. Masyarakat percaya jika masalah transportasi ini bisa diatasi, mereka akan menjadi salah satu penghasil perkebunan yang membanggakan.

Masih karena masalah transportasi, sebagian besar anak usia sekolah banyak yang putus pendidikan. Kebanyakan mereka hanya menamatkan pendidikan sampai bangku Sekolah Dasar (SD) dan sedikit sekali yang sampai ke bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Murid SD, anak-anak korban lumpur Lapindo
Murid SD, anak-anak korban lumpur Lapindo

Selain keterbatasan sarana-prasarana, secara akses komunikasi sangat tertinggal. Selain lokasi yang jauh, juga tidak memiliki jaringan komunikasi yang baik telepon kabel maupun seluler. Fasilitas yang ada hanya berupa fasilitas kesehatan terdiri Puskemas Pembantu (Pustu) satu buah. Sedangkan fasilitas pendidikan, hanya banguna SD satu buah yang masih menumpang di aula Balai Persiapan Desa Talang Makmur yang sederhana serta bangunan ruangan RKB yang terbuat dari papan yang masih beralaskan tanah.

Dijelaskan Guru SDN 03 Lokal Jauh, Taufik, secara umum untuk pengembangan desa ke depan diperlukan infrastruktur, seperti jalan masuk, bangunan gedung sekolah, serta honor untuk guru yang mengajar di SDN 03 sehingga perekonomian masyarakat tidak menjadi terhambat. Selain membutuhkan sarana-prasarana, lanjut Taufik, dari murid SD yang berjumlah 83 murid ini, mulai dari kelas I hingga kelas VI. Murid SD juga haus akan informasi dunia luar.

‘’Meskipun jumlah guru berstatus negeri masih minim, yaitu 2 orang. Setidaknya dari pemerintah dapat memperhatikan honor guru yang ada disini,’’ demikian Taufik.(**)

Penulis : Demon Fajrie

Related

Di Jakarta, Warga Pasar Seluma Sampaikan Penolakan Tambang Pasir Besi

Kupas News, Jakarta – Sebelas perwakilan warga Desa Pasar...

Masuk Masjid Bayar Rp5 Ribu, Mantan Bupati Pessel: Ini Memalukan

Kupas News, Pesisir Selatan - Memalukan. Itulah kata menohok...

Pemdes Talang Rio Salurkan BLT DD 2022 untuk 20 KPM

Kupas News, Mukomuko – Pemerintah Desa Talang Rio, Kecamatan...

Otna Pilih Hidup Diatas Sampan Reot dan Air Payau Daripada Hidup Menjadi Budak

Kota Bengkulu,Kupasbengkulu.com -  Petang itu suasana di sudut Pesisir...

Bukit Badas Kampung si Tuo dan Orang Sekalak

Kupasbengkulu.com- Pada sebuah kawasan Hutan Produksi Terbatas Bukit Badas...