Oleh : Sabar Ardiansyah, SST
BMKG, Stasiun Geofisika Kepahiang-Bengkulu
e-mail : [email protected]
Musim hujan telah datang. Potensi bencana hidrometeorologis misalnya bencana banjir dan longsor akan mengancam pada awal musim hujan ini. Terkait bencana gerakan tanah atau longsor, tingginya curah hujan merupakan salah satu faktor terjadinya bencana ini. Hal ini terjadi karena meningkatnya kandungan air yang disebabkan oleh hujan lebat atau naiknya air tanah.
Selain curah hujan, pemicu lain terjadinya longsor diantaranya adalah : Meningkatnya sudut lereng atau konstruksi baru atau oleh erosi sungai, Vibrasi gempabumi, letusan, mesin, lalu lintas, dan guntur, namun longsor yang hebat biasanya dipicu oleh gempabumi.
Hilangnya penopang dari samping oleh gugurnya lereng sebelumnya, konstruksi, dan penggalian juga bisa menyebabkan terjadinya tanah longsor. Selain itu, hilangnya vegetasi karena kebakaran, penebangan, dan pengundulan hutan yang menyebabkan melemahnya partikel-partikel tanah dan erosi. Namun, dari sekian banyak faktor penyebab tanah longsor, kebanyakan kasus terjadinya bencana tanah longsor pada saat terjadi curah yang tinggi.
Lihat saja kejadian tanah longsor yang terjadi di wilayah Provinsi Bengkulu, sepanjang kejadian pada tahun 2013 dan 2014, semua kejadian tanah longsor terjadi pada saat musim hujan. Contoh kasus longsor yang terjadi pada tanggal 15 November 2013 di daerah Desa Lebong Tandai, Kecamatan Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara.
Longsor terjadi diawal musim hujan tahun 2013. Akibat Longsor ini, Jalur kereta lori penghubung desa dan kota di daerah ini menjadi putus total sehingga ribuan warga sempat terisolasi. Kejadian longsor selanjutnya yang terjadi pada tanggal 17 Maret 2014 terjadi di 25 titik pada wilayah jalan utama menuju Kecamatan Sindang Kelingi dan Sindang Dataran, Kabupaten Rejang Lebong.
Longsor ini dipicu oleh hujan deras pada senin malam 17 Maret 204. Akibat longsor ini enam desa terisolasi. Menurut laporan BPBD Rejang Lebong, selain dipicu oleh hujan, longsor ini juga dipicu oleh pengundulan hutan yang berada di kiri dan kanan jalan.
Contoh kasus longsor lain yang terjadi pada Rabu, 30 April 2014 yaitu terjadi di wilayah Desa Padang Kedondong, Kecamatan Tanjung Kemuning, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu.
Longsor ini juga terjadi akibat hujan lebat selama dua hari berturut-turut. Akibat longsor ini jalan lintas yang menghubungkan Provinsi Lampung dan Bengkulu sempat macet hingga belasan kilometer. Hal ini dikarenakan longsor yang menutup badan jalan. Longsor ini disebut-sebut merupakan longsor yang terparah pada kawasan ini, sebab timbunan material longsor mencapai 70 cm sepanjang 200 meter. Tidak ada korban jiwa, namun beberapa kendaraan yang memaksa untuk lepas dari timbunan lumpur terpaksa ditarik dengan kendaraan lain karena mengalami kerusakan patah as roda.
Masih banyak contoh kasus kejadian longsor di Propinsi Bengkulu yang terjadi pada saat musim hujan, baik awal memasuki musim hujan maupun sepanjang musim hujan. Belajar dari kejadian-kejadian yang telah terjadi, maka kita perlu meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi bencana longsor ini.
Apalagi jika melihat peta “Indeks Risiko Bencana Gerakan Tanah atau Longsor” yang dibuat BNPB, lebih dari separuh wilayah Provinsi Bengkulu dikatagorikan tingkat risiko tinggi terutama wilayah-wilayah pegunungan atau perbukitan yang kemiringan lahan curam, sisanya memiliki tingkat risiko sedang.
Kenali Daerah Potensi Longsor
Beberapa tips sederhana untuk mengetahui suatu daerah ada atau tidak potensi longsor antara lain : Pada musim kemarau sedikit tanaman tumbuh (daerah gundul), sumur dengan kedalaman < 20 m kering tak ada air, daerah banyak yang retak – retak. Pada musim penghujan air sumur penuh, retak – retak bertambah besar yang merupakan puncak bidang gelincir. Potensi daerah rawan longsor juga bisa di daerah terjal (kemiringan curam) terutama yang tinggal di lereng – lereng bukit. Sebagai contoh wilayah sepanjang jalur lintas penghubung Kabupaten Bengkulu Tengah dan Kaupaten Kepahiang. Saat melintas pada kawasan ini, perlu meningkatkan kewaspadaan terlebih pada saat musim hujan saat ini.
Daerah yang terletak di bagian tikungan luar sungai juga sering terjadi longsor. Di daerah gerakan tanah tinggi, kondisi lahan tidak harus gundul namun bisa daerah subur. Wilayah yang mengalami degradasi lingkungan yang hebat. Sehingga tadinya wilayah tersebut stabil menjadi tidak stabil. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah bisa menjadi daerah Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi apabila mengalami gangguan baik internal maupun eksternal atau lokal maupun regional.
Upaya Pengurangan Risiko
Upaya pengurangan risiko akibat terjadinya tanah longsor perlu diambil langkah-langkah sebagai berikut : Jangan membuat sumur resapan atau melakukan reboisasi (penanaman pohon) di daerah dengan gerakan tanah tinggi karena akan menambah potensi longsor. Ini berbeda dengan bencana banjir, yang membutuhkan sumur resapan atau vegatatif untuk mengurangi banjir ( memperkecil/memperlambat run off ). Artinya, secara substansi apabila suatu daerah berpotensi longsor harus diupayakan air mengalir secepat – cepatnya agar tidak ada waktu untuk masuk ke tanah. Masuknya air ke dalam tanah membuat tanah pasif (kondisi kering) menjadi tanah aktif (kondisi basah). Dalam hal ini drainase permukaan tanah dan drainase dalam tanah perlu direncanakan dengan detail, baik, dan matang.
Penduduk yang tinggal di daerah lereng dengan kemiringan diatas 45 derajat dan gundul pada musim hujan agar waspada, dan bila memungkinkan diatas daerah pemukiman dihijaukan kembali dengan tanaman-tanaman yang dapat mencegah longsor.
Daerah pemukiman/Pedesaan pada musim hujan buatlkan saluran penahan dan pengalih aliran air hujan dibagian atas belahan. Penyusunan peta bahaya longsor. Penyusunan tana guna lahan yang efektif. Sedangkan daerah persawahan yang sering longsor sebaiknya dijadikan tanah tegalan/lahan usaha kering.
Hujan bukanlah musuh kita, sebaliknya kita patut bersyukur dengan anugerah dari Tuhan karena diberikan hujan. Jika kita arif dalam mengelolah lingkungan, maka dalam keadaan musim apapun kita akan tetap nyaman tinggal di bumi yang penuh barokah ini. SALAM SIAGA BENCANA, syukuri nimat Tuhan berupa turunnya musim hujan.
BODATA :
Nama : Sabar Ardiansyah, SST
Instansi : BMKG, Stasiun Geofisika Kepahiang-Bengkulu
HP : 085267097298