Saat Bung Karno masih menetap di Kota Benkoelen (Baca: Bengkulu) perjalanan dari Ibukota ke Moekomoeko merupakan jalan sempit dengan banyak jalan penghubung yang belum dibanguan oleh pemerintah Belanda. Tapi keberadaan bagian utara Benkoelen ini amat penting, karena perdampingan dengan wilayah Sumatera Barat.
Jalan penghubung yang mengikuti garis pantai, sedikit ke arah timur laut Moekomoeko. Sisi lainnya, tampak hutan belantara dengan beraneka binatang buas yang siap memangsa.
Saat itu L.G.M. Jaquet ditunjuk pada Agustus 1939, sebagai pengontrol subdivisi Moekomoeko, Kala itu ditetapkannya untuk melakukan perjalanan dari Benkolen ke Moekomoeko. yang berjarak tempuh 250 Km selama dua hari.
Perjalanan yang penuh petualangan dan banya memberikan kesan yang bagus. Apalagi Benkoelen dan Moeko Moeko terdapat sebelas sungai, Beberapa di antaranya ada yang lebar sekitar satu Kilometer.
Para Pegawai Belanda bila membutuhkan yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga, terpaksa menuju Ibukota Benkoelen di Kampung Cina, Mereka selalu berpergian dengan karavan (Konvoi), yang terdiri dari mobil sejenis Jep dan tiga belas truk kecil.
Kendalanya acapkali terjadi saat penyeberangan sungai. Kapal Feri yang menghantar penyeberangan, harus berlayar melintasi sungai berarus deras. Tidak ada tempat menunggu, menanti arus meredah.
Diperjalanan seharian itu, tampak deretan grobak (Truk kecil ditarik oleh gerbong). Jelas, Jika Tuan L.G.M. Jaquet melakukan perjalanan, seluruh lalu lintas akan dihentikan selama sehari jika diperlukan. (Disarikan dari Majalah belajar dari Kelompok Studiuntuk mempelajari sejarah pos Departemen Luar Negeri Belanda dan Australasia Ke-47 volume 2 dan beberapa sumber)