Bengkulu, kupasbengkulu.com – Nelayan Pulau Enggano, Yudi Ariawan, menyebutkan masyarakat Pulau Enggano membutuhkan bantuan pemerintah untuk melakukan penangkaran dan budidaya teripang bakau (Holothuria scabra).
Ini penting dilakukan kata dia mengingat tingginya harga dan permintaan di pasaran internasional.
“Satu kilo gram teripang bakau dihargai mencapai puluhan juta,” kata Yudi.
Ia menuturkan pada tahun 1980 hingga 1996, hewan laut yang hidup di lumpur bakau ini masih mudah didapat dan dijual dengan harga tinggi, namun saat ini hewan itu punah di Pulau Enggano.
Menangkap teripang bakau tak sesulit mencari teripang lainnya yang harus menyelam ke dalam laut hingga ratusan meter.
“Teripang bakau biasanya ditangkap pada malam hari menggunakan lampu dan serokan, biasanya ia bersembunyi di dalam lumpur bakau,” ujarnya.
Menghilangnya teripang bakau menurut dia, disebabkan oleh banyak faktor diantaranya mulai menipisnya tumbuhan bakau di kawasan pulau terluar Bengkulu itu.
Ia berharap pemerintah dapat melakukan penangkaran teripang bakau dengan melibatkan para nelayan setempat. Meski langka namun teripang bakau bisa didapat bibitnya di beberapa daerah lain di Indonesia.
Tingginya harga teripang dan permintaan merupakan dasar bagi nelayan mengusulkan penangkaran tersebut.
“Selama ini mengambil teripang penuh risiko harus menyelam ke dasar laut hingga ratusan meter, banyak penyelam teripang meninggal karena keram di dasar laut atau mengalami pecah gendang telinga, ini kami lakukan karena harganya sangat menjanjikan,” tandasnya.(kps)