
kupasbengkulu.com – Menurunnya harga cabai merah dari Rp 20 ribu hingga menjadi Rp 12 ribu Jumat (11/4/2014) membuat petani semakin mengeluh. Harga penjualan ini tidak seimbang dengan biaya yang dikeluarkan untuk perawatan, situasi ini membuat petani merugi.
Yati (40) petani cabe yang berjualan di salah satu pasar mingguan di Desa Kasuk Baru, Kabupaten Kaur, mengatakan kalau selama ini hasil kebun cabainya dijual dengan penadah, untuk dijual lagi kepasar, tapi sekarang tidak lagi. Dan malahan ia sendiri yang menjualnya ke Pekan Mingguan.
“Selama ini cabai saya jual dengan penadah, tapi sejak saya dengar harga cabai menurun. Saya sendiri yang jual ke pasar, karena jika saya jual ke penadah harganya jauh lebih murah, dibanding di pasar. Itupun kami hanya mendapat keuntungan sangat kecil jika dihitung dengan biaya perawatan yang dikeluarkan,” bebernya.
Disisi lain, turunnya harga cabai ini tentu sangat menguntungkan bagi penjual makanan terutama pemilik rumah makan.
Salah satu pemilik rumah makan, Jhon (45) mengatakan, setiap hari ia membutuhkan cabai lebih dari 3 kg.
“Dengan harga cabai yang turun maka biaya untuk membuat sambal juga berkurang. Karena biasanya menghabiskan 3 kg cabai atau Rp 60 ribu lebih. Sekarang hanya Rp 36 ribu saja biaya yang harus dikeluarkan,” katanya.
Dengan porsi dan harga yang tetap sama, menurut dia, tentu saja hal ini sangat menguntungkan.(mty)