Limbah pabrik olahan akar kuning di Desa Suka Menanti, Kec. Maje, Kabupaten Kaur, Foto: Dok/Miko Apriansyah
kupas Bengkulu – Komplik antara warga dengan pabrik olahan akar kuning atau kayu kuning di Desa Suka Menanti, Kecamatan Maje, Kabupaten Kaur terus berlanjut. Warga yang tidak tahan lagi dengan limbah yang mengeluarkan bau busuk meminta pabrik segera ditutup.
Sebelumnya pihak pabrik berjanji akan mengatasi bau busuk yang berasal dari limbah pabrik. Namun, janji itu tak kunjung ditunaikan, bau busuk dari limbah pabrik tambah menyengat dan menggangu aktivitas warga.
“Kami selaku masyarakat yang terdampak bau busuk akar kuning ini sangat kecewa karena pihak perusahaan mengingkari janji mereka yang akan menyelesaikan permasalah bau busuk yang dikeluarkan akar kuning ini” ujar perwakilan warga Alpi, Lili dan Herli, Jumat, (10/1/25)
Selain tak kunjung mengatasi bau busuk, pihak pabrik juga mengingkari janji pemberian kompensasi bagi warga terdampak. Kompensasi akan diberikan kepada seluruh warga yang terdampak namun fakta di lapangan tidak semua warga menerima.
“Mereka juga mengingkari pemberian kompensasi terhadap kami, karena ada sebagian kami tidak menerima, sedangkan dalam perjanjian itu seluruh masyarakat yang terdampak akan diberikan kompensasi yang merata dan nyatanya tidak jelas” kata Alpi.
Pada 10 Desember tahun lalu, perwakilan warga sempat mendatangi pabrik karena sudah tidak tahan dengan bau menyengat. Warga sempat mengecek langsung limbah pembuangan pabrik dan benar saja limbah olahan akar kuning itu adalah sumber bau busuk yang selama ini menyengat.
Selain itu pabrik juga diketahui membuang limbah ke Sungai Air Numan yang menyebabkan aliran sungai menjadi keruh dan berbau.
Sementara karyawan yang berada di pabrik enggan menyampaikan pernyataan karena mengaku tidak memiliki kewenangan. Pimpinan pabrik yang merupakan Warga Negara Asing (WNA) sedang tidak di lokasi.
“Saya hanya penerjemah orang Cina ini, dan terkait permasalahan ini saya tidak tahu, silakan hubungi pimpinan perusahaan saja” ujar salah seorang karyawan bernama Andi.
Reporter: Miko Apriansyah