
Kota Bengkulu, kupasbengkulu.com – Kepala Bidang Advokasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Bengkulu, Sony taurus, mengecam, rencana atas perluasan pelabuhan di Pulau Tikus. Alasannya, pulau yang berjarak sekira 10 mil dari Kota Bengkulu itu, merupakan salah satu penahan gelombang tsunami. Tidak hanya itu, tegas dia, pulau tikus merupakan salah satu tempat ekositem ikan berkembang biak.
”Jika dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu, merestui atau memberikan rekomendasi pembukaan pelabuhan di Pulau tikus, maka habislah Bengkulu,” tegas sony, Sabtu (9/5/2015).
Ia menjelaskan, kolam Pelabuhan Pulau Baai mendangkal, sehingga sulit dilalui kapal bongkar muat, merupakan alasan klasik yang sejak dahulu dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.
”Rencana pembukaan pelabuhan di Pulau Tikus itu kita menduga syarat kepentingan. Sebab, dari dulu alasannya selalu pendangkalan. Kalau memang pendangkalan di pelabuhan Pulau Baai, semestinya mencari solusi atas pengerukan di wilayah pulau baai, bukan mengorbankan Pulau Tikus,” terang Sony.
Ditemui terpisah, Wakil Ketua I Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, Romi Paisla, mengatakan, jika rencana perluasan pelabuhan di Pulau Tikus direstui, maka beberapa dampak negatif akan muncul.
Dampak negatif itu, terang dia, jika ada bencana gelombang tsunami di areal pesisir barat sumatera khususnya di Kota Bengkulu, maka tekanan gelombang tidak dapat terbendung. Sebab, terang dia, di sekitaran pulau tikus terdapat terumbu karang yang dapat menahan gelombang besar tersebut.
”Kalau pelabuhan itu direstui, maka tidak mungkin sleuruh terumbu karang akan rusak akibat kapal-kapal besar. Lantas apa lagi penahan tekanan gelombang besar jika terumbu karang sudah rusak,” jelas Romi.
Ia menjelaskan, terumbu karang yang ada di sekitaran Pulau Tikus ada dibeberapa titik, mulai dari di terumbu karang hiu, terumbu karang genting, terumbu karang belato lang munca, terumbu karang laut leba, terumbu karang belato lang nda, terum karang cabe, dan terumbu karang dangkal.
”Semua terumbu karang itu ada di sekitaran pulau tikus dari selatan hingga timur, yang selama ini menjadi tempat berkembang biak para ikan- ikan. Jika dibuka pelabuhan, tentu saja ekosistem laut, akan terancam dan ikan tidak akan ada lagi berkembang biak disana,” terang Romi.
Semestinya, harap dia, dari pemerintah atau pihak terkait dapat mencari solusi terbaik, jangan sampai setelah perluasan pelabuhan di pulau tikus dibuka akan muncul dampak-dampak negatif dari pada dampak positif.
”Kita harus melihat dari segi ekonomisnya, segi kebencanaannya, dan segi lainnya,” pungkas Romi.(gie)