Kamis, Maret 28, 2024

Riset, 40 Detik Satu Orang Meninggal Bunuh Diri

Ilustrasi (Gambar: Istimewa)
Ilustrasi (Gambar: Istimewa)

kupasbengkulu.com – Psikiater dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dr.Agung Kusumawardhani, SpKJ (K) mengatakan bahwa depresi berat bisa mempengaruhi orang untuk bunuh diri.

Kepada Antara News di Jakarta, Selasa (9/9), Agung menjelaskan komponen-komponen depresi yang bisa mempengaruhi orang untuk bunuh diri yaitu mood atau perasaan, perilaku, dan pikiran.

Menurut dia, perasaan selalu sedih dan putus asa otomatis menyebabkan perubahan perilaku, membuat orang kurang aktif dan bahkan cenderung lebih suka mengurung diri di dalam rumah.

Selain itu, ia melanjutkan, pikiran orang depresi yang selalu negatif dan pesimis, seperti merasa diri lebih jelek dan tidak ada orang yang peduli dengan kehidupannya, juga bisa mempengaruhi orang untuk memilih mengakhiri hidup.

“Kalau diobati ketiga komponen itu dapat membaik, namun komponen pikiran butuh waktu lama agar sembuh,” katanya.

“Seharusnya keluarga dari pasien harus menjaga dan memonitoring selama proses pengobatan,” tambah dia.

Menurut Agung, orang yang mengalami depresi harus menjalani perawatan khusus di rumah sakit karena setiap saat mereka akan mencari cara untuk mengakhiri hidup.

Di rumah sakit, ia menjelaskan, tenaga kesehatan akan mengecek penderita depresi setiap 15 menit dan mengajak mereka berbicara, mengajak mereka berpikir positif dan berusaha menghilangkan pikiran untuk bunuh diri.

“Mereka harus tetap dijaga dan diawasi karena saat-saat tertentu mereka dapat bunuh diri,” katanya.

Pengaruh Skizofrenia

Agung mengatakan gangguan kejiwaan skizofrenia yang menyebabkan halusinasi pendengaran dan penglihatan juga bisa mempengaruhi penderitanya untuk melakukan tindakan bunuh diri.

“Kadang ada suara yang mengancam si penderita, mengejek, atau kadang ada pikiran-pikiran yang aneh yang tidak sesuai dengan realita,” katanya di ruang kerjanya.

Kemungkinan penderita skizofrenia mencoba bunuh diri, menurut dia, antara lain terjadi karena kurangnya perhatian dari keluarga, yang biasanya tidak mengetahui gangguan kejiwaan yang dialami penderita.

Agung menjelaskan pula bahwa kasus-kasus bunuh diri yang terjadi sekarang ini lebih karena mengikuti tren atau meniru kejadian bunuh diri yang dilakukan orang lain.

Pemberitaan tentang kasus bunuh diri di media cetak dan elektronik, kata dia, bisa menjadi insprasi bagi orang-orang depresi berat untuk bunuh diri.

“Perlu diperhatikan sedikitpun kita mendengar omongan orang yang ingin untuk mati, kita harus hati-hati dan memantau aktivitasnya,” tambah Agung.

Ia mengatakan keluarga, kerabat dan teman juga sebaiknya menjauhkan obat-obatan, benda tajam, tali, kain dan alat lain yang bisa digunakan untuk mengikat dari orang yang sedang mengalami depresi berat.

Satu tiap 40 detik

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menerbitkan laporan tentang upaya pencegahan bunuh diri menjelang peringatan hari pencegahan bunuh diri tahun 2014.

Menurut badan dunia itu, lebih dari 800.000 orang meninggal dunia karena bunuh diri setiap tahun, atau sekitar satu orang setiap 40 detik. Sekitar 75 persen kasus bunuh diri terjadi di negara-negara berpendapatan rendah sampai menengah.

WHO memperkirakan, angka kejadian bunuh diri di kawasan Asia Tenggara paling tinggi dibandingkan dengan kawasan lain.

Sekitar 39 persen kasus bunuh diri di dunia, menurut badan kesehatan itu, terjadi di negara-negara berpendapatan rendah sampai menengah di Asia Tenggara dengan kasus terbanyak di India pada 2012.

Mengurangi akses terhadap alat-alat yang bisa digunakan untuk bunuh diri merupakan salah satu cara untuk mencegah kematian akibat tindakan itu.

Selain itu layanan perawatan lanjutan dari tenaga kesehatan melalui kontak langsung, termasuk lewat telepon dan kunjungan ke rumah orang yang mencoba bunuh diri serta dukungan komunitas sangat penting dalam upaya pencegahan bunuh diri karena orang yang sudah mencoba bunuh diri berisiko besar untuk mencobanya lagi.

WHO merekomendasikan pelibatan instansi-instansi pemerintah terkait dalam upaya untuk mengembangkan respons komprehensif terkoordinasi guna mencegah bunuh diri.

ANTARA

Related

Unib dan RSMY Kembangkan Fakultas Kedokteran Akreditasi Unggul

Kupas News, Bengkulu - Universitas Bengkulu dan RSUD M....

MoU DP3AP2KB Bersama RSHD Dukung Percepatan Penurunan Stunting

Kupas News, Kota Bengkulu - Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan...

Asnawi L Samat Sepakat PMI Bengkulu Bertransformasi Jadi Klinik Pratama

Kupas News, Bengkulu - Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mendorong...

Peringati Hari Ginjal, Gubernur Rohidin Ajak Masyarakat Atur Pola Makan Sehat

Kupas News, Bengkulu - Peringatan Hari Ginjal Sedunia atau...

Pemprov Bengkulu Raih Penghargaan IKP dan INM 2022 Kemenkes RI

Kupas News, Jakarta - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu di...