kupasbengkulu.com- Siswa SD 18 Desa Lebong Tandai, Kecamatan Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara. Bukan hanya, akses transportasi terputus akibat bencana longsor. Namun, dari sisi pendidikan sangat tertinggal, mulai dari guru yang jarang masuk, hingga fasilitas yang tidak menunjang.
Misnawati salah seorang guru Sekolah Dasar (SD) 18, sekolah Desa Lebong Tandai, menjelaskan, bahwa ada sembilan guru, terdiri dari enam tenaga honorer dan tiga Pegawai Negeri Sipil (PNS) termasuk kepala sekolah.
“Sejak jalan rel molek tertimbun longsor, tenaga pengajar disini banyak jarang masuk, ditambah lagi lokasi yang jauh,” kata Misnawati.
Dijelaskan Misnawati, mayoritas tenaga pengajar di sekolah tersebut berasal dari luar Desa Lebong Tandai. Sedangkan jumlah murid sebanyak 60 orang siswa, untuk kelas 6 hanya tiga orang siswa. Kondisi ini menyebabkan saat pelaksanaan Ujian Nasional (UN) SD 18 Lebong Tandai menginduk pada SD di pusat Kecamatan Napal Putih.
”Saat ini kami membutuhkan buku bacaan pelajaran, bangunan dan meubeler,” jelas Musnawati.
Ia berharap, pemerintah dapat memberi kelengkapan sekolah agar kualitas siswa di sana, termasuk guru-guru yang berstatus PNS. Jarangnya guru masuk ke daerah itu tidak saja terjadi pasca daerah itu terkena bencana longsor yang mengakibatkan akses satu-satunya kereta lori ke daerah itu terputus.(gie)