Jumat, Maret 29, 2024

Seribu Pintu Hancurnya Rumah Tangga

Ilustrasi : Istimewa
Ilustrasi : Istimewa

Tausiah Jumat UJH – Tema ini kita angkat untuk melanjutkan pembahasan Keluarga Sakinah yang setiap Jumat hadir di sudut ruang baca anda melalui kupasbengkulu.com. Kita akan beberkan pada bagian ini per sub judul, berkenaan dengan hal-hal yang bisa merusak kenyamanan dalam berumah tangga yang pada akhirnya berakhir dengan perceraian.

Meski tidak teratur nanti susunan penyajiannya per sub judul dari tema Seribu Pintu Hancurnya Rumah Tangga. Namun satu persatu akan kita bahas.

Dengan harapan, tidak saja sebagai bahan bacaan yang ringan, santai dan bermutu. Lebih dari itu adalah sebagai bahan bagi orang tua, para pendakwah, penyuluh agama dan rumah tangga yang baru saja melangsungkan akad nikahnya.

Mengapa mengambil tema Seribu Pintu Hancurnya Rumah Tangga. Jawabnya hampir seratus judul yang diangkat dan dibahas dalam thema ini. Yang tidak tertutup kemungkinan salah satu sub judul tersebut terjadi pada kita.

Cinta mesti dipelihara lho. Sebab urusan remeh temeh bisa berubah drastis dan berakibat fatal. Nah, ketika masalahnya sudah menumpuk.

Ketika tidak ada saluran buat menyelesaikannya. Ketika tidak ada sumber untuk berbagi. Tidak ada rujukan yang bisa menambah pengetahuan maka ujung-ujungnya adalah putus asa.

Terlebih bila pasangan suami isteri sama-sama keras wataknya. Maka tidak Cuma ribut sepanjang hari yang terjadi. Lebih dari itu adalah rumah tangga tidak lagi mendatangkan kenyamanan dan kedamaian.

Rumah tangga tidak lagi terasa harmonis dan bahagia. Rumah tangga seolah tidak lagi ada gunanya buat dipertahankan.

Nah, kalau itu yang muncul di masing-masing benak suami atau isteri. Maka urusan anak. Tanggung jawab terhadap anak. Perasaan anak, goncangan batin anak.

Remuk redamnya perasaan kedua belah pihak orang tua tidak lagi menjadi palang penghadang buat melaju ke pengadilan menuntut atau meminta cerai.

Rumah tangga siapa yang tidak pernah ribut, bertengkar. Rumah tangga Rasulullah pun pernah ribut. Dikisahkan, suatu hari Rasulullah sedang menemui sejumlah tamu yang tidak lain adalah para sahabat beliau. Tiba-tiba terdengar suara piring pecah.

Ternyata Aisyah baru saja memukul piring berisi makanan yang dibawa oleh pembantu Zainab untuk disuguhkan kepada Rasulullah. Piring itu pecah dan makanannya pun jatuh.

Menyaksikan insiden tersebut Rasulullah tidak marah. Beliau tidak merasa harga dirinya turun. Beliau tidak merasa kehormatannya dipermalukan.

Beliau tidak merasa khawatir disebut sebagai suami yang tidak mampu mendidik istrinya untuk mengendalikan emosi. Sama sekali tidak.

Rasulullah mendekati mereka dengan tenang, seperti tak terjadi apa-apa. Lalu beliau memunguti makanan dari kurma tersebut dan meletakkannya di sisa-sisa piring, kemudian membawanya ke majelisnya semula untuk dimakan bersama para tamu.

“Maaf, ibu kalian sedang cemburu,” kata Rasulullah kepada para sahabatnya. Tak lupa, beliau mengganti piring yang sudah pecah tersebut dengan piring yang utuh untuk dibawa kembali oleh pembantu kepada Zainab.

Demikianlah akhlak agung Rasulullah. Khuluqun ‘adhiim. Beliau tidak mempermasalahkan masalah, namun menyelesaikan masalah.

Beliau tahu saat itu Aisyah sedang cemburu karena di hari giliran Aisyah, Zainab mengirimkan makanan untuk Rasulullah. Maka Aisyah pun memecahkan piring sebagai ekspresi kecemburuannya.

Dan Rasulullah memecahkan masalah dengan bijak. Beliau tidak memarahi Aisyah karena memarahi istri yang sedang marah akan menimbulkan masalah baru. Masalah semula tidak terselesaikan, justru suami istri terlibat pertengkaran. Rasulullah tidak melakukan itu.

Namun memecahkan piring orang lain tetap saja tidak dapat dibenarkan. Dan karenanya harus diganti. Karena itulah hadits ini dibahas panjang lebar oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fahtul Baari, untuk mengambil istinbath jika seseorang memecahkan barang milik orang lain, haruskah mengganti dengan barang atau bisa dalam bentuk uang.

Rasulullah juga kalem saja di hadapan para sahabat. Beliau tidak menyalahkan Aisyah karena menyalahkan istri di depan orang lain adalah bukanlah tindakan yang baik.

Orang yang mendengar akan mengetahui bahwa keluarga tersebut sedang bermasalah, sementara mereka belum tentu bisa membantu menyelesaikan masalahnya.

Penulis akan beberkan satu persatu secara ringan dan gambang berkenaan dengan Seribu Pintu Hancurnya Rumah Tangga melalui rubrik Tausiyah UJH di media online kupasbengkulu.com ini. Yuk…baca satu persatu sub-sub judul yang tersaji dengan nikmat dan indah.(**)

Salam UJH

Related

Songsong Kepemimpinan Berintegritas Era Society 5.0, Sespimma Lemdiklat Polri Gelar Seminar Sekolah

Kupas News – Untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan yang berintegritas...

Ratusan Nakes di Kota Bengkulu Terima SK PPPK

Kupas News, Kota Bengkulu – Sebanyak 264 orang tenaga...

Polisi Tangkap Pembuat Video Mesum Pasangan LGBT di Lebong

Kupas News, Lebong – Polisi menangkap BP (19) warga...

Sidang Isbat Putuskan Hari Raya Idul Fitri 22 April 2023

Kupas News, Bengkulu – Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian...

Polisi Ungkap Home Industri Senjata Api yang Sudah beroperasi Sejak 2012

Kupas News, Bengkulu – Polda Bengkulu ungkap pabrik pembuatan...