
Kaur, kupasbengkulu.com – Petani mulai keluhkan mahalnya harga pupuk bersubsidi yang beredar di masyarakat Kabupaten Kaur, sebelumnya harga pupuk yang mereka beli Rp 125 ribu per zak jenis urea, dan sekarang menjadi Rp 150 ribu per zak. Namun meskipun pupuk lebih mahal, masyarakat masih tetap membelinya karena sangat membutuhkan.
Untuk mendapatkan pupuk urea seharga Rp 150 ribu ini warga memilih sistem barter karena tidak mempunyai uang untuk bayar dimuka. Hal ini diungkapkan oleh salah satu petani Ansori, bahwa harga pupuk urea tahun ini lebih mahal dari tahun sebelumnya. Oleh karena tidak memiliki uang untuk bayar pupuk dimuka, maka kedua belah pihak mengambil kesepakatan dengan sistem barter.
(baca juga:Â Menyusur Jejak Kelangkaan Pupuk Subsidi di Bengkulu)
Di katakannya sistem barter sudah lumrah di masyarakat Kabupaten Kaur. Untuk satu zak pupuk urea ditukar dengan beras dua kaleng setengah atau 37,5 kilo beras atau setara dengan Rp 431 ribu lebih.
“Meskipun harga barter ini lebih mahal dari harga sebenarnya, namun kami rela karena dibayarnya musiman atau setelah panen nanti dan tidak terburu-buru. Karena jika beli sekarang ini, kami belum ada uang,” pungkas Ansori.
Dikatakan Ansori sistem barter ini sudah menjadi tradisi jika musim tanam padi, dan dibayar setelah musim panen. Hal ini sudah biasa didalam masyarakat, karena jika musim tanam ini petani lebih baik menggaji orang untuk bertanam padi dibanding beli pupuk, karena pupuk bisa dibayar saat musim panen tiba, sedangkan jika waktu bertanam tidak menggaji orang, maka tanam padi akan terlambat dengan petani lainnya. (mty)