Jumat, April 19, 2024

Teater Petak Rumbia, Culik, Ketika Kebebasan Begitu Mahal

Teater Petak Rumbia
Teater Petak Rumbia

kupasbengkulu.com – Kebebasan menghirup udara, menerawang terang, hingga bersisir di depan cermin pribadi bisa dikatakan rezeki yang terlupakan. Sedikit saja manusia yang mensyukuri nikmat yang satu ini, hingga suatu saat kebebasan itu hilang.

Pesan inilah yang disampaikan oleh Teater Petak Rumbia dibawah pimpinan produksi (Pimpro) Emong Soewandi lewat pementasan bertajuk “Culik” di Gedung Teater Tertutup (GTT) Taman Budaya Bengkulu, malam tadi.

Meskipun hujan pementasan ini tetap berjalan di hadapan 300 pasang mata penonton setianya. Dalam cerita ini, seorang putri dari pengusaha kaya, Andrea, diculik oleh kawanan yang ternyata didalangi oleh sekretaris dan pengacara pribadi pengusaha tersebut, dibantu oleh seorang penculik lagi bernama Sokrates.

Dalam hari-hari penuh kebosanan, Andrea terus berusaha mencari jalan keluar hingga akhirnya mati kebosanan. Penculikan ini, dalam bahasa para penculik, disebut meminjam kebebasan Andrea untuk mendapatkan sedikit kebebasan bagi mereka, tidak menemui titik temu, karena sang boss termakan harapannya sendiri bahwa anaknya akan dibebaskan dalam sesegera mungkin.

Nyatanya, hampir dua bulan anaknya disekap, sang ayah dan istrinya justru menidurkan asa untuk bertemu anaknya, dibuai harapan dari penculik. Masalah uang, sedikit sentilan dalam jalannya acara ini, terlihat dari pesta yang diadakan orang tuanya, karena mengetahui para penculik akan melepaskan anak mereka, tanpa tebusan

Jalan cerita begitu rumit, serta menampilkan beberapa gesturikal (gerak tubuh) untuk menguatkan adegan, membuat pementasan ini menjadi begitu surealis. Penulis awalnya meyakini bahwa para penonton yang sebagian besar terdiri dari mahasiswa ini akan ikut ‘mati kebosanan’ layaknya Andrea yang tersekap dalam ruangan tanpa pintu, jendela bahkan cahaya.

Ditambah lagi dengan peran statis oleh Sokrates yang mencirikan khasnya para Filsuf Yunani kuno juga menjadikan drama ini semakin absurd. Untungnya, para pemeran lain, seperti Pengacara dan sekretaris memainkan peran yang begitu karikatural, sehingga sekali-kali mengundang tawa penonton.

Seperti adegan ketika sekretaris dan pengacara bertabrakan, sedangkan sang pengacara sedang ingin minum obat.

“Wadai, ubat aku besirak,” improvisasi dengan logat Rejang oleh sang Pengacara yang diperankan Rudi Remakong, sontak memancing gelak penonton.

Beberapa kejadian lain, seperti drama ini yang semakin melemah ketika menuju akhir juga sedikit membuat pertunjukan ini hampir saja kehilangan fokus. Kembali kemampuan para aktornya yang membuat drama ini tetap menarik disimak.

Sebenarnya, hal ini disebabkan akhir drama itu sendiri yang semakin rumit dipahami. Seperti Andrea yang tiba-tiba mengetahui jalan keluar dari perangkap yang membelenggunya, dilanjutkan pengacara dan sekretaris yang menciptakan perangkap itu justru terkurung di dalamnya.

Akhir drama menjadi semakin absurd, ketika Andrea justru menolak keberadaan orang tuanya, karena merasa kedua orang tuanya telah menjual kebebasannya. Tidak hanya itu, penonton yang seakan-akan ingin ikut berpartisipasi, juga cukup mengganggu jalannya drama ini. Tetapi, secara umum, drama ini tetap berlangsung baik dan termasuk salah satu pementasan drama terbaik di Provinsi Bengkulu, versi kupasbengkulu.com.

Sutradara pementasan drama ini, Denis Kurniawan kepada kupasbengkulu.com menyatakan bahwa drama “Culik” ini adalah karya dari Emong Soewandi yang merupakan adaptasi dari karya Satre berjudul “The Closed Door”.

Pementasan drama “Culik” ini termasuk dalam perjalanan kala Sumatera, kelanjutan dari pementasan serupa di Taman Purbakala Sriwijaya, Palembang, Taman Budaya Lampung dan STKIP PGRI Palembang.

“Ini adalah produksi ke 13 dari Teater Petak Rumbia, dalam rencana kami masih akan dilanjutkan ke beberapa kota,”pungkas Denis. (vai)  

Related

Cerita Sedih Irma June Dibalik Lagu Do Your Best yang Jadi Theme Song From Bali With Love

Kupas Musik - Kemerduan vokal yang dimiliki penyanyi legendaris...

AM Hanafi Sang Perlente Kawan Soekarno yang Disambut Fidel Castro

AM Hanafi (kiri) bersama Fidel Castro (kanan), Foto: Dok/margasarimaju.com AM...

Menjadi yang Terbaik Tak Perlu Menjatuhkan Pihak Lain

Inspiratif, kupasbengkulu.com – Seorang Guru membuat tangga 10 injakan, lalu...

Beni Ardiansyah Direktur WALHI Bengkulu Terpilih ” Keadilan Itu Harus Direbut”

Kota Bengkulu,kupasbengkulu.com - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu...

Otna Pilih Hidup Diatas Sampan Reot dan Air Payau Daripada Hidup Menjadi Budak

Kota Bengkulu,Kupasbengkulu.com -  Petang itu suasana di sudut Pesisir...