Rabu, Juli 2, 2025

HUT Bhayangkara ke-79 Usung Tema Polri untuk Masyarakat

Bengkulu InteraktifPT. Interaktif Media Siber. All Rights Reserved.Bengkulu Interaktif 2016 - Bengkulu Interaktif.Contact InformationHead Office:Jalan Batanghari No. 15, Komp. PU Pracetak, Tanah Patah,...
BerandaNASIONALTeori dan Pelatihan Bencana Indonesia Dilirik Dunia

Teori dan Pelatihan Bencana Indonesia Dilirik Dunia

Wisnu Wijaya
Wisnu Wijaya

bengkulu, kupasbengkulu.com – Deputi Bidang Rehap Rekon BNPB Wisnu Wijaya menyatakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia ternyata menjadi daya tarik dunia.

Pasalnya teori maupun pelatihannya saat ini sedang dilirik oleh dunia untuk mempelajarinya.

“Kita banyak melakukan latihan-latihan bahkan tingkat internasional dan di lokal setiap tahun. Hampir di seluruh provinsi mengadakan latihan mulai latihan dalam kelas hingga ke latihan lapangan. Dan inilah yang menjadi perhatian dunia, sehingga Indonesia dipandang banyak hal dan banyak ilmu di sini,” kata Deputi Bidang Rehap Rekon BNPB Wisnu Wijaya, Rabu (15/10/2014).

Namun kesulitan yang dihadapi kini hanya masalah personalitas para personil yang ada. Dimana para personil tersebut belum terlatih secara spontanistas. Sehingga ilmu yang mereka dapat dari pengalaman selama melakukan pertolongan saat bencana tak terserap dengan baik.

“Tetapi banyak ilmu-ilmu itu hanya di kepala orang-orang yang punya pengalaman, belum tertulis dengan baik. Sehingga saat ini banyak tawaran untuk mengadakan pelatihan. Jadi dari masing-masing personil yang ada pengalaman tersebut digali kemudian didokumentasikan kemudian disimpan karena seperti itu, kita belajar dari pengalaman,” ujarnya.

Kenapa pengalaman atau ilmu tersebut menjadi sorotan dunia? Hal ini dikarenakan, bentuk dan kondisi alam Indonesia.

Diketahui, kondisi spesifik Indonesia berbeda-beda dan sering terjadinya bencana yang dashyat. Sehingga dari sanalah seorang personil BNPB Indonesia bisa cekatan dan lebih berpengalaman dari pada dengan personil dari luar negeri.

“Karena bisa dikatakan berkesempatan membuat teori, bukan kesempatan untuk membaca buku, dan tidak mungkin karena bencana sangat spesifik di daerah-daerah berbeda ini yang kita lihat bisa menjadi pembelajaran dan menjadi pusat penditribusian pengetahuan,” ungkapnya.(dex)