kupasbengkulu.com – Dua nama tersebut adalah nama dua area persawahan di Desa Sukarami, Kecamatan Taba Penanjung, Bengkulu Tengah. Letaknya bersebelahan, dibatasi oleh jalan yang bisa dilewati mobil ukuran sedang.Luas masing masing area lebih kurang 150 Hektare, dengan pemilik hampir 400 petani.
Rata rata setiap orang memiliki 3/4 Ha, berdasarkan pembagian percetakan sawah pada jaman pesirah, atau sekitar setengah abad yang lalu.Uniknya ada pembagian shift penggunaan air di dua area persawahan ini. Seperti saat ini Karang Ayun sedang memasuki musim tanam, maka otomatis Tanjung Donok istirahat selama tiga bulan.
“Pembagian ini disebabkan karena debit air yang masuk ke area persawahan tidak mencukupi untuk seluruh sawah” tutur Hanafi, salah seorang pemilik sawah kepada kupasbengkulu.com, Rabu (27/8/2014).
Sistem pembagian ini telah sejak lama disepakati oleh masyarakat yang merupakan kelompok petani pengguna air (KPPA). Debit air kurang disebabkan oleh keadaan bendungan yang masih rendah.
“Air sawah ini diambil dari sungai rinduhati, terjadi problema juga sebab jika bendungan ditinggikan tanpa memperbesar volume saluran air disini, percuma saja. Untuk memperbaiki semuanya pasti membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit” tambahnya.
Ia menambahkan perbaikan tidak akan mampu jika mengandalkan swadaya masyarakat saja, mengigat luasnya area persawahan ini.Namun apapun ceritanya,kupasbengkulu.com terkagum pada tradisi pembagian air yang membuat para pemilik sawah di dua area ini tetap rukun dan mematuhi kesepakatan.
Untuk anda penyuka ketenangan atau photografer alam, anda patut berkunjung ke sini. Meski tidak ada jualan makanan namun ada banyak dangau para petani yang bisa jadi tempat bersinggah.
Penulis : Evi Valendri, Kabupaten Bengkulu Tengah.