kupasbengkulu.com – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kaur, Sudoto, menyebutkan, untuk program “Bintang Jemput Bintang” di tahun 2014 ini, yang mana memberangkatkan tiga orang calon mahasiswa yang mendapatkan beasiswa penuh untuk belajar di Jerman, Pemkab Kaur menganggarkan lebih dari Rp 1 Miliar per tahun atau senilaiĀ Rp 375 juta/ orang/ tahun untuk jangka waktu 4-5 tahun.
“Ini sudah tahun ke tiga Pemkab Kaur menjalankan program ‘Bintang Jemput Bintang’. Sebelumnya sudah ada yang dikuliahkan di Amerika dan Inggris. Untuk tahun 2014 ini di Jerman. Beasiswa penuh diberikan oleh Pemkab Kaur dari APBD. Untuk yang ke Jerman, Pemkab menganggarkan Rp 375 juta/ orang/ tahun sampai mereka menyelesaikan S1,” ujar Sudoto, Sabtu, (11/10/2014), saat pelepasan penerima beasiswa di SMA.Negeri 5 Kota Bengkulu.
Disebutkan Sudoto, konsep dasar program “Bintang Jemput Bintang” ini adalah “memulai dari akhir dan berakhir di awal”. Artinya anak yang pintar harus mampu memberikan motivasi yang di bawahnya untuk mengikuti jejak yang sama.
Para penerima beasiswa ini sebelumnya menjalani tahap seleksi yang cukup panjang dan ketat. Awalnya mengikuti seleksi tahap sekolah, kemudian seleksi lanjutan yang dilakukan oleh pihak universitas.
“Secara kualitas, anak kita mampu untuk bersaing dengan yang lain. Tinggal kita sebagai orang tua memberikan akses, dengan kita bangun networking,” kata Sudoto.
“Kalau misalnya ada 20 orang saja setiap tahun yang kita berangkatkan, maka saat bonus demografi 2035 kita sudah punya 400-500 anak dengan kualitas internasional,” lanjut Sudoto.
Kendati demikian, pihaknya membebaskan para penerima beasiswa, apakah setelah lulus nanti akan mengabdikan diri di Indonesia, atau mungkin menetap di luar negeri. Yang jelas, mereka harus selalu memiliki jiwa nasionalisme dan tanamkan pada diri masing-masing bahwa mereka merupakan putera-puteri daerah Bengkulu.
“Pemkab Kaur tidak mewajibkan mereka untuk kembali. Di mana saja mereka bisa berkarir dengan baik. Diharapkan mereka bisa memainkan perannya sebagai agent perubahan dalam kemajuan. Pengikatan justru tidak akan mengembangkan mereka,” tegas Sudoto. (val)