Rabu, Juli 9, 2025

HUT Bhayangkara ke-79 Usung Tema Polri untuk Masyarakat

Bengkulu InteraktifPT. Interaktif Media Siber. All Rights Reserved.Bengkulu Interaktif 2016 - Bengkulu Interaktif.Contact InformationHead Office:Jalan Batanghari No. 15, Komp. PU Pracetak, Tanah Patah,...
BerandaPOLITIKDalam Berpolitik Kesadaran Masyarakat Bengkulu Baru Tahap ini..

Dalam Berpolitik Kesadaran Masyarakat Bengkulu Baru Tahap ini..

 Lamhir Syamsinaga.
Lamhir Syamsinaga.

kupasbengkulu.com – Pengamat politik dari Universitas Bengkulu, Drs. Lamhir Syah Sinaga mengungkapkan bahwa ada 4 tingkatan kesadaran politik, yaitu : Mitologi, metafisik, Idealis, dan ultra-rasional.

Pertama, kesadaran mitologi, artinya pemahaman serta kesadaran masyarakat masih didominasi oleh pikiran-pikiran gaib, mitos, dan sejenisnya. Pada tahap ini, masyarakat meyakini bahwa politik itu sangat dipengaruhi oleh usaha-usaha gaib para pelaku politik.

Kedua, kesadaran metafisik artinya masyarakat sudah mulai menggunakan akal sehatnya (rasional). Namun hal ini membuat masyarakat sangat tergantung pada materi. Di sini lah mulai tumbuh tradisi politik uang (money politic).

Ketiga, kesadaran Idealis, artinya masyarakat tidak lagi terpengaruh oleh money politic. Mereka sadar akan pentingnya memilih pemimpin dengan tepat, bukan karena uangnya, tapi kualitasnya. diberi uang atau tidak, mereka tetap memilih calon pemimpin yang diyakini dapat menjadi harapan dan masa depan bangsa yang lebih baik.

Kesadaran Ultra-rasional, artinya masyarakat sudah sangat kritis terhadap perpolitikan. Mereka bahkan rela mengeluarkan biaya untuk pemilihan calon pemimpin masyarakat yang diinginkannya, karena mereka sadar bahwa untuk membentuk bangsa yang baik dibutuhkan pemimpin yang baik.

“Dari hasil pengamatan saya, masyarakat Provinsi Bengkulu sudah berada di tahap kesadaran politik metafisik. Mereka lebih materialistis. Bagi mereka, politik adalah komoditi yang bernilai, dan itu bisa ditukarkan dengan uang atau materi,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan, bahwa politik pasti memerlukan uang. Tanpa uang, politik akan sulit berjalan.

“Penggunaan uang dalam diunia politilk itu sah-sah saja dan diperbolehkan, karena politik memang membutuhkan uang. Namun uang seharusnya tidak menjadi faktor penentu kemenangan,” pungkasnya. (cr2)