Kamis, Maret 28, 2024

DR H Rohidin Mersyah Dalam Sikap Keberagaman

Catatan Pinggir: Benny Hakim Benardie

Provinsi Bengkulu, mungkin salah satu daerah yang mempunyai keunikan dalam berbagai sektor kehidupan kemasyarakatan. Daerah ini, karena faktor geologis dan iklimnya, dimana masyarakatnya cepat sekali ‘heboh’ akan sesuatu, tapi cepat pula melupakan sesuatu. Terutama  daerah yang iklimnya relatif panas.

Kurun waktu 10  tahun terakhir, penulis mencoba mengamati beberapa tokoh berpengaruh yang ada di Provinsi Bengkulu  ini. Salah satunya  sosok Gubernur Bengkulu  DR H Rohidin Mersyah, saat  dirinya masih menjabat Wakil Bupati Bengkulu Selatan di Tahun 2009 silam hingga kini.

Dr. drh. H. Rohidin Mersyah, M.MA ,  sosok berdarah Serawai dari Selatan Bengkulu, dengan kehidupan keluarga besar bersebar di daerah Rejang,  Utara Bengkulu  ini, tampaknya punya pengaruh  signifikan terhadap sikap tindak dalam menentukan dan mengambil keputusan. Meskipun pengaruh background tempat dan basic dalam menempuh pendidikan sekolah tingginya  di  Jawa Tengah dan Jawa Barat, punya peran tersendiri bagi Rohidin  yang bermoto,  “Hidup Mestilah Berilmu, Berusaha dan Bedoa” ini .

Muhammadiyahisme  Dalam ke Nahdliyinan 

Pendidikan  sangat mempengaruhi  Rohidin Mersyah dalam bersikap dan tindak. Pendidikan banyak mengambil peran dalam perubahan sikap dan tata laku.

Dictionary  of Education menyebutkan, pendidikan adalah proses dimana sesorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat, dimana ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang tepilih dan terkontrol. Sehingga ia dapat memperoleh dan mengalami perkembangan sosial dan kemampuan individu yang optimum.

Berawal dari disinilah ingin kita katakan, bahwa Rohidin Mersyah ini merupakan sosok tokoh, pemimpin Provinsi Bengkulu yang unik. Dalam realitasnya, Rohidin punya kemampuan meminimalisir  sikap dan tindak dalam pengaruh keilmuannya. Tentunya  tetap dengan kebengkuluan yang majemuk dan plural  dalam arti mampu mengakomodir kepentingan berbagai pihak anak bangsa ini.

Apa yang dimaksud dengan kebengkuluannya? Maksudnya, selain Rohidin Mersyah  punya beban dan tanggungjawab akan Provinsi Bengkulu yang digiring untuk berkemajuan,  tempat ia lahir, besar hingga saat ini. “Rasa cinta dan bangga akan Provinsi Bengkulu, Bumi Rafflesa  ini, akan semakin besar menjatidiri, saat kita sedang  menetap cukup lama di luar Provinsi Bengkulu”, mengutip pengalaman  Rohidin Mersyah  saat masih mengenyam pendidikan tinggi di Pulau Jawa belasan  tahun nansilam.

Tanpa maksud untuk membandingkan dengan pemimpin, Gubernur Bengkulu sebelumnya, Rohidin Mersyah dalam realitas kepemimpinannya tidak ansich kemuhammadiyahan yang diterapkannya dalam kehidupan sosial kemasyarakatanya. Pada setiap kesempatan, kenahdliyinan  (Ke NU-an) juga diimbanginya. Tidak egosetris, meskipun dirinya salah satu tokoh Muhammadiyah dan merupakan Kader Ormas kepemudaan besar  yang ada di Indonesia ini.

Hasil pengamatan dan konfirmasi beberapa responden mengakui hal itu. Uniknya Rohidin ini, sosok KH Ahmad Dahlan dalam jiwanya, tapi KH Hasyim Asyari merupakan tubuhnya. Termasuk saat dirinya bersosialisasi terhadap Kaum Tuo.

“Selagi hal itu khilafiah, apalagi dalam tataran muamalah, setiap umat beragama entah itu Kristen, Hindu, Budha ataupun Konghucu tetap saudara kita  sebangsa dan setanah air. Apalagi Se-Provinsi Bengkulu ini. Yang tidak boleh di ikuti itu orang yang tidak berTuhan”, ungkap Rohidin Mersyah sembari nyeruput  secangir kopi pagi Robusta Kepahiang dirumahnya.

Rohidin Mersyah seorang cendikiawan, intlektual muda  Provinsi Bengkulu ini,  rupanya ketika muda belia, juga mengikuti tradisi Kaum Nadliyin (NU).Itu juga dilakoninya hingga kini, meskipun dirinya seorang Muhammadiyah.  Tradisi Yasinan kerap diikutinya saat diundang dalam berbagai majelis.   Tak berpantangan selagi tidak merusak kaedah keagamaan.

Saat aktif menjadi dai diberbagai daerah, Rohidin Mersyah kerap menjadi khatib di majelis yang jamaahnya dari Nahdatul Ulama. Tradisi apapun tetap dia hormati, dengan menunjukan indahnya persatuan dan kesatuan. Kebersamaan dan persaudaraan lebih diutamakan untuk menuju Bumi Raflesia yang berkemajuan.

  *Pemerhati sejarah dan budaya tinggal di kota Bengkulu      

Related

KUHP Tidak Berlaku untuk Kegiatan Kemerdekaan Pers

Kupas News, Jakarta - Walaupun Rancangan Undang-undang (RUU) Kitab...

Modus Mafia Tanah di Ruang Peradilan

Oleh : Elfahmi Lubis Mafia Tanah sudah menggurita dan telah...

Kaum “Rebahan” Ditengah Isu Kerakyatan

Dimana posisi kaum "rebahan" atau kaum "mager" yang didominasi...

Polemik RUU Sisdiknas, Maksimalkah Uji Publik?

Oleh: Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd Mencermati draft Rancangan Undang-Undang Sistem...

Kiprah Parsadaan Harahap Hingga Duduki KPU RI

Sosok Persadaan Harahap atau yang sering disapa bang parsa,...