Jumat, Maret 29, 2024

History Ratu Agung Masih Misteri

Catatan Pinggir: Benny Hakim Benardie

Nama Ratu Agung alias Prabu Ratu Dewata Sang Akuwu Negeri Bengkulu, hingga kini masih banyak misteri yang belum banyak terkuak. Ini menindaklanjuti kegusaran penulis sebelumnya, soal ayahnya Putri Gading Cempaka.

Pertanyaan meliputi, kenapa Negeri Bengkulu di bawah vasal Banten? Apakah Ratu Agung saat tiba di Negeri Bengkulu datang bersama isteri? Apakah ketujuh anaknya lahir di Negeri Bengkulu? Saat di perintahkan kembali ke Jakarta, apakah dia wafat di sana? Apakah kepulangannya disertai anak isterinya?

Hal itulah yang kini belum terjawab. Penguakan alur sejarah ini akan membantah mitos dan menelusuri situs Ratu Agung itu sendiri saat di Negeri Bengkulu.

Negeri Bengkulu merupakan salah satu vasal Banten. Dipilihnya Bengkulu, karena negeri ini penghasil Emas, kopra dan buah labu. Kala itu buah labu sangat digemari pedagang asing yang datang ke Negeri Banten. Karena itu pulalah Ratu Agung di utus untuk menjadi raja kecil (Akuwu) di Negeri Bengkulu.

Sudah menjadi tradisi di kesultanan Banten era pemerintahan Sultan Maulana  Hasanudin, pejabat syahbandar yang berhasil menjalankan tugasnya dengan baik diangkat, diberikan kepercayaan  menjadi Akuwu di wilayah kekuasaan Banten. Itupun diperoleh Ratu Agung, saat menjadi syahbandar  Pelabuhan  Kalapa (Jakarta) 941 – 950 Hijriah atau 1535 – 1543 Masehi.

Keberhasilan Ratu Agung inilah membawa dirinya menjadi Akuwu di Negeri Bengkulu  pada Tahun 1543 – 1575 Masehi.  Hanya 38 tahun Ratu Agung menjadi Akuwu di Negeri Bengkulu.

Ratu Agung datang ke Negeri Bengkulu melalui jalur laut, dan bersauh di Bandar Bengkulu.  Bandar Bengkulu yang dimaksud ada di daerah Talang Pauh kini. Dibandar ini pula jauh sebelum itu, kesultan Banten yang berpusat di Sarabon (Cirebon), Fhathahillah  Al Pasee alias Sultan  Maulana Syarief  Hidayatullah  (1531 -1568 Masehi) pernah singgah di Bandar Bengkulu ini.

Di Panggil Pulang    

Saat Ratu Agung di perintahkan untuk pulang ke Ke Kesultanan Banten, maka bersama  rombongannnya, mereka tidak pulang melalui  jalur laut. Tapi melalui jalur darat, mengunakan plankin, gerobak sapi  menuju ke Kesultanan Palembang.

Di Palembang dia sempat bermalam, dan wafat di sana. Ratu Agung  dimakamkan di makam raja raja Pelembang.  Namun P De Roo de la Faille 1920 (Adolf Henken SJ, Sumber Sumber Asli Sejarah Jakarta Jilid III, hal 94, Yayasan Cipta Loka Jakarta 2001)  menyebutkan  Ratu Agung di makamkan di Sarabon, Jawa Barat.

Partanyaannya, apakah Ratu Agung pulang bersama anak isterinya? Lantas siapakah Putri Gading Cempaka Binti Ratu Agung yang konon makamnya ada di Cimande Ganjur Bogor?

Pemerhati Sejarah dan Budaya Bengkulu

Related

KUHP Tidak Berlaku untuk Kegiatan Kemerdekaan Pers

Kupas News, Jakarta - Walaupun Rancangan Undang-undang (RUU) Kitab...

Modus Mafia Tanah di Ruang Peradilan

Oleh : Elfahmi Lubis Mafia Tanah sudah menggurita dan telah...

Kaum “Rebahan” Ditengah Isu Kerakyatan

Dimana posisi kaum "rebahan" atau kaum "mager" yang didominasi...

Polemik RUU Sisdiknas, Maksimalkah Uji Publik?

Oleh: Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd Mencermati draft Rancangan Undang-Undang Sistem...

Kiprah Parsadaan Harahap Hingga Duduki KPU RI

Sosok Persadaan Harahap atau yang sering disapa bang parsa,...