Jumat, April 19, 2024

Jelajah Negeri Laskar Pelangi

Museum Kata Andrea Hirata.
Museum Kata Andrea Hirata.

kupasbengkulu.com – Masih ingat dengan novel Laskar Pelangi yang ditulis Andrea Hirata? Apakah masih ingat juga dengan film Laskar Pelangi yang booming pada tahun 2008 yang diadaptasi dari novelnya? Dalam film tersebut ditampilkan betapa indahnya Pulau Belitong atau yang kita kenal dengan Belitung itu. Saat saya bertemu langsung dengan Andrea Hirata ketika mengunjungi Museum Kata miliknya dengar bekerjasama denga pihak manajemen yang berada di Jalan Laskar Pelangi, Kecamatan Gantong Belitung Timur, Andrea mengatakan bahwa sejak tahun 2008  kunjungan wisatawan ke Pulau Belitung meningkat hingga 1.300 persen !!!

“Memang luar biasa peningkatannya, banyak orang beranggapan itu karena saya. Tapi saya bilang ‘tidak’ karena itu adalah jasa Riri Riza sang sutradara film yang memperkenalkan Belitong lewat layar lebarnya,” ungkap Andrea. Lelaki yang namanya telah dikenal hingga internasional itu pun tetap tampil sederhana dengan gaya khasnya, walau setiap harinya wisatawan dari dalam dan luar negeri silih berganti untuk menemui dirinya. Rumahnya pun seakan tidak berubah, rumah bercat orange itu tampak sama dengan rumah warga lainnya.

Pantai Bukit Batu
Pantai Bukit Batu

Dimana-mana Ada Pantai!!!

Saat mengunjungi Pulau Belitung kaki serasa tidak sabar untuk menjelajahi tiap jengkal pulau, karena setiap sisinya mempunyai keindahan yang begitu eksotis. Di Belitung ada banyak pantai yang masing-masing mempunyai karekterisik berbeda, seperti halnya Pantai Bukit Batu –yang dikenal juga dnegan Pantai Ahok- di Kecamatan Damar Kabupaten Belitong Timur. Disebut Pantai Ahok karena daerah tersebut adalah daerah asal Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Entah kenapa pantai ini seolah memiliki magnet. Setiap orang yang saya minta tanggapannya selalu mengatakan bahwa suatu saat nanti mereka ingin kembali mengunjungi pantai itu. Begitu juga dengan saya, pantai yang menawan tersebut membuat orang yang menikmati keindahannya seakan terbius hingga betah berlama-lama.

Dinamakan Pantai Bukit Batu karena di pantai tersebut memang terdapat banyak batu, semua tersusun rapi sehingga saya pun bertanya-tanya apakah batu-batu itu sengaja disusun manusia atau atau disusun Yang Maha Kuasa. Pasir di Pantai Bukit Batu agak berbeda dengan pasir kebanyakan, karena strukturnya lebih kasar seperti butiran kerikil dengan warna coklat muda.

Untuk melihat keindahan Pantai Bukit Batu pengunjung dikenakan retribusi sebesar Rp 5.000 per orang. Tidak jauh dari Pantai Bukit Batu ada pula Pantai Burong Mandi, kata Burong sendiri artinya adalah Burung. Pantai tersebut berada di Kampong Burong Mandi. Pantai ini indah, ditepinya berjejer puluhan perahu nelayan berwarna-warni yang mencolok dari kejauhan.

Vihara Dewi Kwan Im
Vihara Dewi Kwan Im

Masih berdekatan dengan Pantai Burong Mandi, pengunjung juga dapat singgah berwisata ke Vihara Dewi Kwan Im. Vihara tersebut adalah tempat peribadatan yang kini juga dijadikan tempat wisata.

Pantai lain yang tak kalah indah adalah Pantai Tanjung Kelayang yang terletak di Kabupaten Belitong Barat. Jika di Pantai Bukit Batu terdapat pasir menyerupai kerikil, maka berbeda lagi dengan pasir di Pantai Tanjung Kelayang, karena pasir di pantai ini begitu halus dan putih  bersih. Saking halusnya pasir menyerupai tepung terigu, ketika kaki melangkah di hamparan pasir tersebut pasirnya terasa begitu lembut.

Dari Pantai Tanjung kelayang ini kita dapat memandang ke arah lautan yang membentang luas diselingi gradasi air laut mulai dari coklat muda, hijau muda, hijau tua, biru muda hingga biru tua. Di tengahnya terdapat  gugusan pulau-pulau yang juga dijadikan tujuan wisata seperti halnya Pulau Lengkuas yang terkenal.

Pemandangan Pulau Lengkuas dari atas mercusuar.
Pemandangan Pulau Lengkuas dari atas mercusuar.

Pulau Lengkuas memang digemari, karena pengunjung dapat menikmati pemandangan luar biasa dari atas mercusuar peninggalan bangsa Belanda. Namun,  bagi pengunjung yang ingin menikmati pemadangan dari atas mercusuar dharapkan menyiapkan tenaga ekstra, karena mercusuar ini terdiri dari 18 lantai dimana pada setiap lantainya memiliki 17 anak tangga.

Untuk menuju Pulau Lengkuas tidaklah sulit, pengunjung cukup menyewa perahu motor seharga Rp 300-Rp 400 ribu per perahu dengan muatan maksimal 10 orang. Perahu motor  mudah didapatkan di tepi Pantai Tanjung Kelayang, dimana para nelayan biasa mangkal. Jarak tempuh dari pantai menuju Pulau Lengkuas sekitar 30 menit. Selain melihat laut dari ketinggian, pengunjung juga dapat berjemur di tepi pantai, bahkan diving atau snorkling karena pantai ini juga terkenal dengan keanekaragaman biota lautnya. Tidak perlu pusing mencari perlengkapan diving atau snorkling, karena biasanya pemilik perahu sudah menyediakannya, tinggal tambah ongkos sewa saja. Perlu diketahui biasanya pelampung juga sudah disediakan dan pengunjung tidak perlu menyewa lagi, karena sudah termasuk ke dalam tarif sewa perahu motor yang disepakati sebelumnya.

Dalam perjalanan menuju Pulau Lengkuas kita juga akan menjumpai pulau-pulau lain yang dapat pula disinggahi, diantaranya Pulau Burong, dinamakan demikian karena di pulau itu terdapat batu besa tersusun rapi menyerupai kepala burung. Kemudian ada Pulau Babi, menurut pemilik perahu motor yang saya tumpangi, Pak Tris, dinamakan Pulau Babi karena dulunya di pulau tersebut memang terdapat babi.

Selanjutnya ada juga Pulau Pasir, yaitu berupa onggokan pasir di tengah lautan namun untuk berkunjung ke Pulau Pasir harus pagi hari dimana air laut sedang surut, jika pengunjung datang di atas jam 12.00 WIB, maka alamat akan kecewa karena air laut sudah pasang.

Pemilik perahu  biasanya akan menanyakan apakah pengunjung akan singgah ke pulau-pulau tersebut, karena dengan senang hati ia pun akan mengantarkan sekaligus menjadi guide. Namun jangan khawatir akan dikenakan biayanya akan mahal, karena tarif sewa perahu Rp 300-Rp 400 ribu itu juga sudah termasuk biaya berkeliling pulau-pulau.

Selain pantai dan pulau yang telah disebutkan diatas, masih banyak lagi tempat yang harus dikunjungi. Seperti halnya Pantai Tanjung Tinggi yang lokasinya tidak begitu jauh dari Pantai Tanjung Kelayang. Pantai Tanjung Tinggi ini mirip dengan Pantai Bukit Batu, bedanya batu-batu di Pantai Tanjung Tinggi ukurannya lebih besar dan jumlahnya lebih banyak. Pantai ini dulunya dijadikan tempat syuting Film Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi dimana adegan tokoh Ikal dan teman-temannya berlari-larian mengitari batu-batu raksasa tersebut. Warna air laut di pantai ini tetap mempesona dengan gradasi warna yang indah. Bagi para pegunjung yang ingin mengunjungi pantai-pantai di Belitung sebaiknya berkunjung pada saat cuaca cerah dan tidak hujan beberapa hari, sebab jika sebelumnya hujan maka gradasi warna tidak begitu tampak.

SD Muhammadiyah Laskar Pelangi.
SD Muhammadiyah Laskar Pelangi.

Replika SD Muhammadiyah

Selain wisata pantai pengunjung juga dapat menikmti wisata sejarah lainnya seperti museum dan makam-makam bersejarah. Termasuk  replika SD Muhammadiyah atau yang kini disebut juga SD Laskar Pelangi, sekolah yang dulunya tempat ibu Muslimah mengajar itu kini dapat dijumpai di Kecamatan Gantong Kabupaten Belitung Timur. SD Muhammadiyah dulunya adalah tempat sekolah Andrea Hirata. Konon, para pemuda dari Belitung adalah pemuda jenius karena kebanyakan lulus dengan cumlaud.
Sebagian besar pemuda Belitong memang melanjutkan pendidikan ke luar pulau, terutama ke Pulau Jawa. Namun demikian mereka tidak lupa tempat kelahiran, karena setelah menyelesaikan pendidikan mereka akan pulang ke kampung halaman dan mengabdikan diri di tanah kelahiran mereka.

Kondisi bangunan SD Muhammadiyah secara keseluruhan memang memprihatinkan, mulai dari bangunannya yang reyot, atap bolong, meja dan kursi yang lapuk serta dinding-dinding yang dimakan rayap. Sekolah tersebut hampir roboh, untuk membuatnya tidak roboh ditambahkan 2 kayu besar sebagai penyanggah. Hingga saat ini replika sekolah tetap dibiarkan seperti aslinya.

Tidak jauh dai reflika SD Muhammadiyah terdapat bendungan peninggalan zaman Belanda yang dikenal dengan Bendungan Pice. Saat ini Bendungan Pice juga dijadikan tempat berkumpul atau tempat nongkrong anak muda.

Etnis Melayu dan Tionghoa

Penduduk asli Belitung terdiri dari etnis Melayu dan Tionghoa, kedua etnis ini hidup berdampingan rukun dan damai. Dalam berkomunikasi sehari-harinya masyarakat Belitong menggunakan bahasa Melayu, jadi walau berbeda bahasa dan logat, namun pengunjung masih dapat memahami apa yang diucapkan masyarakat setempat.
Beragam Makanan Khas

Sama seperti daerah lainnya Belitung mememiliki makanan khas, karena secara gaeografis Belitung adalah wilayah kepulauan, maka makanan khasnya banyak berasal dari laut. Seperti halnya gulai rempah kuning dengan bumbu khas Belitung dimana masyarakat setempat menyebutnya Gangan. Uniknya lagi masyarakat Belitung hanya memakan makanan laut dan tidak memakan ikan sungai, menurut teman saya yang tinggal Belitung hal tersebut dikarenakan ikan sungai dirasa lebih amis. Sehingga, mereka tidak pernah memakan ikan sungai.

Yang kerap dijadikan oleh-oleh adalah makanan kering seperti getas dan keripik buah sukun. Makanan lain yang tidak boleh terlewatkan adalah belacan atau yang kita kenal dengan terasi. Di Belitung terasi tidak dikemas menggunakan plastik melainkan menggunakan wadah yang dibentuk sedemikian rupa menyerupai anyaman bakul.  Harga jual belacan ini lumayan tinggi, karena berbeda dengan terasi lainnya, perkilo dijual seharga Rp 140 ribu. Belacan mudah dijumpai di Tanjung Pandan Belitung Barat atau di Pasar Lipat Kajang Kecamatan Manggar, Belitung Timur. Tapi perlu diingat pasar ini hanya buka di pagi hari, jangan sekali-kali datang siang hari karena pasar sudah tutup.

Bakso adalah makanan yang disukai oleh hampir setiap orang. Di Belitung bakso mudah dijumpai, tetapi bukan bakso yang terbuat dari daging sapi, melainkan bakso ikan. Alasannya ya itu tadi, karena Belitung adalah wilayah maritim, maka hasil laut sungguh melimpah terutama ikan. Ikan pun dikelola sedemikian rupa menjadi aneka panganan, termasuk bakso.
Rujak “Aneh”

Jika pada umumnya rujak terbuat dari buah-buahan dengan bumbu kacang, gula merah dan cabe rawit, namun tidak demikian dengan rujak yang terdapat di Belitung. Karena yang dimasksud menurut saya “aneh”. Rujak disini adalah buah yang dimakan dengan hanya menggunakan garam. Tetapi garam yang dipakai bukan sembarang garam, melainkan garam Hamoy. Menurut teman saya yang berada di Belitung garam ini adalah garam khas yang biasanya digunakan oleh para warga keturunan Tionghoa. Saat pertama kali mencoba rujak ini lidah saya merasakan suatu yang berbeda, karena garam Hamoy memiliki sensasi rasa yang unik antara manis, asam, asin hingga sedikit rasa pahit yang berbaur jadi satu. Cara memakannya cukup dengan mencocolkan potongan buah ke garam.

Sayuran Mahal

Untuk makan sangat mudah ditemui di sini dan harganya pun standar, bahkan lebih murah dibanding harga makanan di tempat tinggal saya di Bengkulu. Yang mengagetkan adalah harga sayuran, karena  kondisi lahan di Belitung tidak mendukung menanam sayuran, maka menurut info yang saya terima dari pedagang setempat sayuran dipasok dari Pagar Alam, Sumatera Selatan. Meski di Belitung ada juga peteni yang menanam sayuran, namun  harus berjuang keras menggarap lahan sehingga dapat ditanami sayuran seperti kangkung atau terong. Langkanya sayuran ini, menyebabkan harga jualnya pun melambung. Saya begitu kaget saat pedagang mengatakan bahwa harga sekilo sawi sebesar Rp 25 ribu dan harga kangkung yang ikatannya sebesar jempol tangan saya dihargai Rp 1.000.

1001 Warung Kopi

Ada kebiasaan masyarakat Belitong yang seakan membudaya yaitu minum kopi. Tradisi minum kopi tidak dilakukan di rumah, melainkan di warung kopi. Karena kebiaasaan masyarakat yang terus berkembang akhirnya muncullaah banyak warung kopi tepatnya berada di Kota manggar di belitung Timur. Oleh karena itu Kota manggar dijuluki Kota dengan 1001 warung kopi.

Walau namanya warung kopi, yang disediakan tidak hanya kopi melainkan berbagai jenis minuman lainnya, seperti teh manis atau bahkan jus.  Warung kopi disini dijadikan tempat berkumpul, berdiskusi bahkan tempat bernegosiasi. Saking pentingnya arti warung kopi Andrea Hirata bahkan menceritakan warung kopi tersebut di beberapa tulisannya.
Dalam perjalanan ke Belitung ini saya ditemani oleh sahabat saya, Yuneri yang memang hobi traveling. Banyak hal baru yang kami temui di Belitung mulai dari penduduknya yang ramah-ramah dan pemurah hingga segala macam keunikan yang ditawarkan.

Transportasi dan Penginapan

Sepertinya pemerintah Belitong sengaja mempertahankan keasrian alam, sehingga hingga kini tidak ada transportasi umum seperti angkot, kereta, becak atau lainnya. Namun demikian, untuk menuju suatu tempat ke tempat lainnya masyarakatnya setempat masing-masing memiliki alat transportasi sendiri seperti mobil, sepeda motor dan kereta angin atau yang kita kenal dengan sepeda.

Tapi jangan berfikir bahwa Belitung adalah pulau tertinggal, karena bagi wisatawan yang tidak dapat menggunakan transportasi seperti di tempat kebanyakan dapat menyewa mobil atau sepeda motor. Jasa penyewaan ini bisa di dapat di hotel atau penginapan setempat. Harga sewa yang ditawarkan pun adalah harga standar, untuk mobil misalnya disewakan dengan harga mulai dari Rp 250 ribu per hari. Sedangkan motor dipatok seharga Rp 60 ribu perhari.

Bagi pembaca yang berminat untuk berkunjung ke Belitung jalur yang ditempuh begitu mudah. Dapat menggunakan jasa transportasi udara maupun transportasi laut. Tetapi saran saya, jika ingin berkunjung ke Belitung harap memesan tiket jauh-jauh hari, karena seperti yang diuangkapkan diatas, kunjungan wisata ke Belitung meningkat hingga 1.300 persen. Karenanya, pengunjung Belitung cukup ramai, apalagi pada hari libur.

Jika ingin berkunjung dari Bengkulu menggunakan pesawat perjalanan dari Bandara Fatmawati Soekarno transit di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Waktu transit biasanya 4 jam, kemudian perjalanan dilanjutkan ke Bandara H.AS.Hanandjoeddin, Tanjung Pandan hanya menempuh waktu 50 menit penerbangan.

Jika ingin berkunjung menggunakan jalur darat dari Bengkulu menggunakan jasa travel menuju Palembang, Sumatera Selatan. Dari Palembang menuju Belitong pengunjung masih harus melewati beberapa perjalanan jalur laut. Di Pelabuhan Boom Baru Palembang menaiki Kapal Cepat (Jetfoil) menuju Pelabuhan Mentok, Pulau Bangka dalam waktu 3 jam. Selanjutnya, naik travel menuju Pelabuhan Pangkal Pinang selama 3 jam untuk kembali naik Jetfoil menuju Pelabuhan Tanjung Pandan Pulau Belitong. Perjalanan dari Pangkal Pinang ke Pelabuhan Tanjung Pandan menggunakan Jetfoil ditempuh selama 4 jam. Jadi waktu tempuh menggunakan jasa Jetfoil dari Palembang-Belitung kurang lebih selama 10 jam.

Namun waktu tempuh akan lebih lama jika berpergian dengan menyeberang menggunakan Kapal Feri. Karena dari Pelabuhan Boom Baru ke Pelabuhan Mentok Pulau Bangka Saja akan memakan waktu 12 jam, belum lagi perjalanan menyeberang ke Pulau Belitung.

Jangan takut tidak mendapat penginapan yang layak, karena di Belitung tersedia berbagai jenis penginapan dari hotel hingga resort mewah. Lokasinya pun bisa pilih sendiri, apakah di tepi pantai atau di atas bukit, seperti penginapan Bukit Samak yang berlokasi di Kecamatan Manggar, Belitung Timur. Tarif yang ditawarkan pun terjangkau, mulai dari Rp 250 ribu per malam, Rp 350 ribu dan sebagainya. (**)

Penulis : Etry Hayati

Related

Otna Pilih Hidup Diatas Sampan Reot dan Air Payau Daripada Hidup Menjadi Budak

Kota Bengkulu,Kupasbengkulu.com -  Petang itu suasana di sudut Pesisir...

Bukit Badas Kampung si Tuo dan Orang Sekalak

Kupasbengkulu.com- Pada sebuah kawasan Hutan Produksi Terbatas Bukit Badas...

Tips Liburan Nyaman ke Bali dengan Batik Air

Traveling, kupasbengkulu.com - Siapa yang tak kenal Bali? Pulau...

Paradise Island Juga Ada di Padang

Traveling, kupasbengkulu.com - Kalau dengar kata Padang, yang terlintas...

Rasakan Petualangan dan Sensasi Air Terjun Ketenong

kupasbengkulu.com - Kabupaten Lebong merupakan kabupaten konservasi yang sebagian...