Senin, Juli 7, 2025

HUT Bhayangkara ke-79 Usung Tema Polri untuk Masyarakat

Bengkulu InteraktifPT. Interaktif Media Siber. All Rights Reserved.Bengkulu Interaktif 2016 - Bengkulu Interaktif.Contact InformationHead Office:Jalan Batanghari No. 15, Komp. PU Pracetak, Tanah Patah,...
BerandaDAERAHBENGKULU TENGAHKisah Hidup Nenek 'Gaul' Pondok Kubang dan Anaknya, Mengharukan

Kisah Hidup Nenek ‘Gaul’ Pondok Kubang dan Anaknya, Mengharukan

Nenek Gaul
Nenek Aisyah (77) dan anaknya Nurlela

Bengkulu Tengah, kupasbengkulu.com – Ibu adalah bidadari yang nyata. Kasih sayang tulusnya adalah hal terindah yang kita terima selama nafas berhembus. Sepanjang masa ia mengulur cinta yang tak mungkin dapat terbalas oleh anaknya.

Namun, hidup penuh hitam putih. Menjalani senja dengan kesendirian kala anak mulai sibuk dengan hidup masing masing, kerap menjadi bingkai hidup seorang ibu. Kisah tentang perempuan rentah, yang hidup sebatang kara tak jarang sampai ditelinga kita.

Hari ini selepas Dzuhur, Nurlela (56) duduk santai di rumah tua peninggalan suaminya, yang telah meninggal 14 tahun setelah mereka menikah, yang berada di Dusun I, Desa Pondok Kubang Kabupaten Bengkulu Tengah. Ia hanya mengenakan kain sebatas dada, yang biasa digunakan perempuan paruh baya desa seusianya bila sedang bersantai.

”Saya baru saja salat Dzuhur, tadi upahan merumput cepat selesai,” ungkap Nurlela, sambil terus mengusap matanya yang baru saja selesai operasi katarak gratis dua minggu lalu.

Nurlela, memilih tidak menikah lagi setelah sang suami dipanggil illahi. Penuh perjuangan ia membesarkan, keempat orang anaknya hingga mereka sekarang telah nyaman dengan hidup masing masing.

Ia mencurahkan, kesetiaan pada sang suami. Baginya, konsentrasi membesarkan anak-anak jauh lebih membahagiakan dari pada menikah lagi, meski saat itu usianya masih muda. Selain itu, ada alasan lain yang membuatnya tetap mensyukuri hidup saat ini.

“Ayah saya juga cepat meninggal, kami dua beradik. Waktu adik saya berumur setahun dan saya sekitar 8 tahun bapak kami meninggal. Ibu saya berjuang menghidupkan kami sendiri. Dia adalah, contoh perjuangan hidup terbaik saya. Karenanya sekarang kami bahagia tinggal di rumah ini,” ia tersenyum ramah.

Nenek Aisyah (77) adalah ibu Nurlela. Mereka berdua tinggal satu atap penuh kasih sayang. Nurlela bekerja serabutan untuk mencukupi kebutuhan mereka. Hidup sederhana berbalut kedamaian, itulah gambaran nyata hari hari kedua bidadari ini.

Sehari hari Nenek Aisyah tenang di rumah dan fokus beribadah. Ia adalah sosok yang lucu. Saat dimintai foto oleh jurnalis media online www.kupasbengkulu.com, ia sedikit narsis mengatakan, jika ia terlihat keren dengan kaca mata hitamnya.

Ya, Nenek Aisyah menggunakan kacamata itu setelah operasi karena penglihatannya masih sensitif. Mereka sama sama ikut dalam operasi katarak gratis beberapa waktu lalu. Keduanya berdandan rapi saat tahu akan difoto.

“Mane baju ku nye bigi Nur? (Mana bajuku yang bagus Nur_Bahasa Lembak?,red),” tanya Nenek Aisyah, dalam bahasa lembak pada anaknya.

Nurlela terlihat dengan sabar membantu nenek Aisyah, dan tertawa kecil melihat ibunya begitu bersemangat.

Sungguh pemandangan yang menyejukkan dan membuat haru. Nurlela begitu telaten dan menikmati setiap waktu bersama sang bunda terkasih. Hari ini adalah hari ibu nasional, kupasbengkulu.com beruntung bertemu Nurlela, perempuan desa sederhana.

Ia yang tak lagi muda begitu tulus merawat perempuan, yang melahirkan dan membesarkannya. Ia menjaga bidadarinya dengan baik, ia menjaga surganya seperti seharusnya. Tak ada alasan meninggalkan seorang ibu saat ia tua.

Jika Nurlela yang hidupnya sederhana mau dan mampu menghabiskan sisa umur dengan merawat sang ibu. Lalu bagaimana dengan kita?

Penulis : Evi Valendri, Kabupaten Bengkulu Tengah.