
kupasbengkulu.com – Untuk mendapatkan kualitas perahu yang baik masyarakat Enggano Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu biasa melakukan ritual bakar perahu. Menurut Koordinator Kepala Suku Engganon Iskandar Zulkarnain Kauno yang akrab disapa Pak Buki itu, ritual bakar perahu yang dikenal masyarakat setempat dengan sebutan layur ini sebagai salah satu tahapan pembuatan perahu.
Pembakaran perahu dilakukan tidak sampai menghanguskan perahu, melainkan hanya sekedar pengasapan. Tujuannya agar permukaan kayu yang baru saja dipahat membuka lebar. Pembakaran perahu dilakukan pada dua sisi agar menjadi seimbang.
“Di Enggano, bakar perahu dilakukan secara turun-temurun, setiap perahu disini menjalani ritual bakar perahu atau dilayur terlebih dahulu. Tujuannya untuk membuat permukaan perahu lebih terbuka, sehingga nyaman digunakan,” terang Pak Buki.
“Lama pembakaran 1 buah perahu rata-rata 1 hari. Perahu yang biasa dibuat masyarakat Enggano bertonase 800 kg hingga 1,5 ton sesuai kondisi laut Pulau Enggano,” tambahnya.
Ia menambahkan, jenis kayu yang paling bagus untuk dibuat perahu adalah kayu Ketaping, Bayur dan Bintangur dengan usia berkisar antara 30 hingga 40 tahun. Masyarakat Enggano memiliki sistem kekeluargaan yang sangat erat, karenanya dalam mengerjakan perahu dari proses pemahatan hingga layur dikerjakan bersama-sama. Pengerjaan 1 buah perahu dengan tonese 1 ton memakan waktu sekitar 1 bulan. (beb)