Kamis, April 18, 2024

Mengenal Ka-Ga-Nga, Aksara Asli Masyarakat Bengkulu

Muhardi,  Kasi Koleksi, Konservasi, dan Preparasi Museum Negeri Bengkulu, menunjukkan lontar bertuliskan huruf Ka Ga Nga
Muhardi, Kasi Koleksi, Konservasi, dan Preparasi Museum Negeri Bengkulu, menunjukkan lontar bertuliskan huruf Ka Ga Nga

kupasbengkulu.com – Tulisan merupakan sarana ekspresi dan komunikasi dalam suatu kelompok masyarakat. Lahirnya aksara berkaitan erat dengan latar belakang masyarakat tempat aksara tersebut dilahirkan. Di Bengkulu sendiri dikenal dengan aksara Ka-Ga-Nga.

Aksara Ka-Ga-Nga merupakan turunan dari aksara Palawa. Ka-Ga-Nga berbentuk garis siku-siku dan sangat kaku. Dikemukakan Muhardi,  Kasi Koleksi, Konservasi, dan Preparasi Museum Negeri Bengkulu, dalam kajian filoligi (ilmu yang mempelajari bahasa dalam sumber-sumber sejarah yang ditulis, yang merupakan kombinasi dari kritik sastra, sejarah, dan linguistik), semakin kaku bentuk huruf, maka semakin tua umur aksara tersebut.

“Bisa jadi karena Ka-Ga-Nga ini berkembangnya mulai abad ke-10, ke’kaku’annya disebabkan karena media tulisnya di bambu. Jenisnya masuk dalam kelompok aksara silabik (berbentuk grafem/ suku kata) dan dibaca dari kiri ke kanan seperti aksara Latin,” jelas Muhardi.

Ka-Ga-Nga semua aksaranya berakhiran ‘A’, seperti Ta-Da-Ma, Pa-Ba-Ma, dan sebagainya, hingga 23 grafem untuk suku Rejang dan Lembak, serta 28 grafem untuk Serawai dan Pasma. Suku Rejang menyebut Ka-Ga-Nga sebagai aksara Rencong, sedangkan Serawai senang menyebutnya dengan sastra Ulu.

“Ada yang menafsirkan ‘Ulu’ artinya yang terdahulu, yang mana digunakan sebelum adanya aksara Arab dan Latin,” lanjut Muhardi.

Pada zaman dahulu, aksara Ka-Ga-Nga ini ditulis pada media bambu, bilah bambu, batu, kulit kayu, rotan, bilah rotan, serta tanduk. Masyarakat menggunakannya untuk menuliskan doa-doa, mantera, teknik bercocok tanam, pengumuman, cerita rakyat, sejarah, informasi, yang dikirimkan secara pribadi atau masyarakat luas.

“Pada tahun 1987, ada rencana akan dibuat mesin ketik oleh Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia (dahulu Sekretariat Negara Republik Indonesia, disingkat Setneg RI-red). Nama Ka-Ga-Nga diambil dari tiga huruf awal, disamakan dari versi Rejang dan Serawai agar ada kesatuan bahasa. Ini merupakan upaya pelestarian aksara asli Bengkulu yang pertama,” cerita Muhardi.

Di Museum Negeri Bengkulu sendiri banyak ditemukan potongan naskah penggunaan aksara Ka-Ga-Nga pada masyarakat zaman dahulu, yang dikumpulkan dari berbagai daerah di Provinsi Bengkulu.

Saat ini pelestarian dengan menjadikan Ka-Ga-Nga pada mata pelajaran muatan lokal. (val)

Related

Gubernur Rohidin Mersyah Dukung Pengembangan UINFAS Bengkulu

Kupas News, Bengkulu – Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah terima...

PKBM se-Kota Bengkulu Ikuti Bimtek Peningkatan Kompetensi Pengelolaan Keuangan

Kupas News, Kota Bengkulu - Sebanyak 76 peserta dari...

Hadiri Peresmian SALUT, Wabup Wasri Ingin UT Jadi Akses Kemajuan Daerah

Kupas News, Mukomuko – Wakil Bupati Mukomuko Wasri, hadiri...

Sosialisasi Literasi Digital Menangkal Hoax dan Disinformasi

Kupas News, Kota Bengkulu – Bidang Humas Polda Bengkulu...

39 Kwarda Ikuti Peran Saka 2022, Sekdaprov Ingatkan Jaga Nama Baik Bengkulu

Kupas News, Kota Bengkulu - Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi...