Sabtu, April 20, 2024

Nilai Islami Dalam Ritus Kehidupan Orang Melayu Di Kota Bengkulu

Penulis Puteri Kebudayaan Provinsi Bengkulu

Masyarakat Provinsi Bengkulu merupakan rumpun Melayu Besar, yaitu semua komunitas etnis Melayu Bengkulu yang terbesar di kabupaten dan kota dalam Provinsi Bengkulu.

Dalam kontek kehidupan dengan Islam, orang-orang Melayu Kota Bengkulu, yang terdiri dari Melayu Tinggi, Bulang dan Lembak. Nilai-nilai Islam sudah mendarah daging dalam kultur kesehariannya. Bahkan bisa dikatakan Islam telah menjadi bagian dari jalan hidup (Way Of Live)  sehari-hari dan menjadi khasanah kemelayuan yang terintegrasi sejak lama pada masyarakat Kota Bengkulu.

Keislaman Dan Budaya Melayu Bengkulu

Islam adalah ajaran Rahmatan Lil’alamin, menebarkan kasih sayang kepada alam, kesejahteraan dan kemaslahatan. Nilai-nilai Islam universal diterima oleh semua etnis dan lapisan sosial dengan heterogenitas budaya etnis dimana saja. Akulturasi Islam dengan budaya Melayu Bengkulu telah menjadi sistem budaya secara khas dalam etnis kemelayuan yang sangat inheren hingga sekarang dan mewujud dalam bentuk sistem upacara daur hidup di aktifitas kehidupan masyarakat Melayu Kota Bengkulu.

Ritual keagamaan, meliputi upacara sembahyang memohon hujan, uembahyang tolak bala, upacara cuci kampung, upacara menyongsong bulan, kegiatan dzikir, shalawatan dan diakhiri dengan do’a selamat, upacara peringatan maulud Nabi Muhammad SAW, upacara mengantar bulan pada akhir bulan Rabiulawal.

Selanjutnya ada  upacara Qunut dan Lailatul Qadar setiap tanggal 16 Ramadhan, upacara peringatanNuzul Quran tanggal 17 Ramadhan, upacara malam tujuh likur tanggal 27 Ramahan, dan upacara Asura tanggal 10 Muharam. Upacara Daur Hidup yang mengandung nilai-nilai Islam.

Hal itu semua  merupakan bentuk-bentuk warisan budaya Islam Melayu Bengkulu yang masih berkembang dan dilestarikan antara lain, Upacara Daur Hidup (Life Cycle), terdiri dari upacara waktu lahir, masa remaja, perkawinan dan kematian; upacara aktivitas hidup seperti sedekah rame, kendurai, buang jung, upacara tabot dan bayar nazar dan kesenian seperti Syarafal Anam, hadrah, bela diri dan arsitektur masjid.

Akulturasi Islam dan Nilai Islam Melayu Bengkulu

Kendati tetap memiliki warna dan corak yang yang mirip dengan kebudayaan Melayu umumnya, tentu saja tampilan budaya Melayu Bengkulu yang  merupakan buah dan hasil dari pengumpulan karakteristik sendiri dengan warna lokalnya.

Sosial budaya masyarakat Melayu Bengkulu yang telah dikenal dengan Islam Kemelayuan menjadi khasanah dari bentuk upacara bagi kehidupan Melayu Kota Bengkulu. Dalam konteks ini tampak Islam memberi warna terhadap kebudayaan asli Bengkulu, dengan tetap mempertimbangkan kebudayaan aslinya.

Oleh karena itu,penting untuk ditegaskan bahwa budaya Islam Melayu Bengkulu pada dasarnya merupakan refleksi dan sosialisasi Islam dan adaptasinya. Hasil adaptasi ini merupkan apresiasi terhadap islam sebagai kaidah normatif dan kemudian diartikulasikan dalam wujud kebudayaan lokal, bersamaan dengan Islam itu sendiri.

Ritual Keagamaan

Upacara sembahyang memohon hujan yang diselenggarakan ketika musim kemarau panjang dan membuat kehidupan masyarakat kesulitan mendapatkan air. Sembahyang diadakan di surau atau langgar, masjid atau juga di tempat yang terbuka, seperti di sawah atau lapangan.
Sembahyang tolak bala. Sembahyang ini dilakukan apabila terjadi wabah penyakit yang telah meresahkan kehidupan masyarakat.
Upacara cuci kampong. Upacara ini dilakukan apabila terjadi perbuatan maksiat seperti perzinaan yang dilakukan oleh salah seorang warga. Pihak keluarga yang anggotanya berbuat tidak baik harus mangadakan sedekah, dengan membeli hewan kambing. Masyarakat kampung diundang dan dijamu bersama.

Disamping itu ada pula upacara-upacara lain:

a. Upacara menyongsong bulan, yaitu menyambut tangal 1 setiap bulan Rabiul Awal. Diadakan di masjid dan langgar dengan kegiatan dzikir, shalawatan dan diakhiri dengan do’a selamat

b. Upacara peringatan maulud Nabi Muhammad SAW yang dilakukan dalam rangka memperingati sebagai tanda kecintaannya kepada Nabi Muhammad SAW. Upacara dilakukan setiap tanggal 12 Rabiulawal.

Upacara mengantar bulan pada akhir bulan Rabiulawal.
Upacara Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAS tanggal 27 Rajab.
Upacara Qunut dan Lailatul Qadar setiap tanggal 16 Ramadhan.
Upacara peringatanNuzul Quran tanggal 17 Ramadhan.
Upacara malam tujuh likur tanggal 27 Ramahan.
Upacara Asura tanggal 10 Muharam.
Upacara leluhur dimana pada waktuwaktu tertentu para keluarga datang ke makam untuk berziarah, terutama sebelum hari raya dan sesudah hari raya. Mereka membersihkan kuburan dan kemudian membaca doa yang dipimpin oleh seorang imam.q

Related

KUHP Tidak Berlaku untuk Kegiatan Kemerdekaan Pers

Kupas News, Jakarta - Walaupun Rancangan Undang-undang (RUU) Kitab...

Modus Mafia Tanah di Ruang Peradilan

Oleh : Elfahmi Lubis Mafia Tanah sudah menggurita dan telah...

Kaum “Rebahan” Ditengah Isu Kerakyatan

Dimana posisi kaum "rebahan" atau kaum "mager" yang didominasi...

Polemik RUU Sisdiknas, Maksimalkah Uji Publik?

Oleh: Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd Mencermati draft Rancangan Undang-Undang Sistem...

Kiprah Parsadaan Harahap Hingga Duduki KPU RI

Sosok Persadaan Harahap atau yang sering disapa bang parsa,...