
Bengkulu, kupasbengkulu.com – Pagi ini, Senin (5/1/2014) pukul 10.00 WIB puluhan masyarakat adat Enggano menggelar diskusi nasib masyarakat Adat Enggano di Kedai Nusantara, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kota Bengkulu.
Diskusi direncanakan beberapa perwakilan kepala suku Enggano, kepala pintu, akan mengutarakan pada para akademisi, aktivis NGO, mahasiswa, dan para jurnalis terkait ancaman kerusakan Pulau Enggano baik dari sisi lingkungan hidup, agraria dan lain sebagainya.
Diskusi juga melibatkan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Bengkulu, yang akan mengangkat tema diskusi berupa peran jurnalis sebagai penguatan dan munculnya gerakan sipil masyarakat, kelompok minoritas, memerangi korupsi, melawan kemiskinan dan ketahanan pangan.
“Media memiliki andil besar bagi perjuangan masyarakat sipil, selain itu AJI juga mendorong masyarakat setiap komunitas agar mampu menjadi jurnalis sendiri bahkan harus memiliki media alternatif sendiri, baik itu radio komunitas, website, dan sebagainya,” kata Ketua AJI Kota Bengkulu, Dedek Hendry.
Sementara itu diskusi yang didukung oleh redaksi kupasbengkulu.com melalui Pimred Yasrizal menyebutkan bahwa pers lahir dari rahim gerakan rakyat, sangat tak bijak bila pers jauh dari pergulatan rakyat dalam memperjuangkan hak mereka.
“Pulau Enggano merupakan sebuah pulau rentan yang memiliki kekhasan kearifan lokal yang masih bertahan, terlembagakan dan memiliki wilayah, sudah sebaiknya wilayah itu harus memiliki perlindungan hukum khusus dalam melindungi kearifan lokal tersebut secara menyeluruh dan diakui negara,” demikian Yasrizal.(kps)