Rabu, April 24, 2024

Pola Fikir Jurnalis itu Sains atau Rasional?

Wartawan merupakan profesi mulia, bergensi dalam melakukan kegiatan jurnalistik, dimana dengan informasi medianya dapat mempengaruhi opini publik. Berpengaruh terhada sikap dan perilaku hingga  cara berfikir publik terhadap sesuatu.

Jurnalistik sebagai disiplin  ilmu tentunya mempunyai norma dan kaedah yang berhubungan dengan disiplin ilmu lainnya. Misal,  mesti tunduk dengan aturan Bahasa Indonesia dan  hukum yang berlaku. Tertulis maupun tidak terulis.

Saat ini dalam implementasinya,  media yang ‘menelorkan’ karya jurnalistik,  sedikit ada pergeseran marwah. Dimana  wartawan dan dengan medianya mulai dapat dipengaruhi untuk diharapkan mempengaruhi publik. Mungkin dari sinilah timbul ide tulisan, mengapa hal itu bisa terjadi pergeseran antara obyek dan subyek. Salah satu kawabannya adalah,  fungsi media massa atau pers sebagai lembaga ekonomi yang membutuhkan keuntungan ekonomi sebagai bisnis.

Apalagi dalam  kondisi saat ini,  pendapatan perusahaan kian melemah, dengan menjamurnya media massa.  Dengan kondisi mendua yang ada, maka pertanyaannya, apakah pola fikir wartawan yang melakukan kegiatan jurnalistik itu berpola fikir sains ataukah rasional?

Mari kita coba subuk.  Salah satu karya jurnalistik itu berbentuk tulisan dan banner. Dalam mewujudkan karya intelektual itu, tentunya awak media memerlukan  pola fikir sains  atau rasional.

Pola Fikir Sains

Pola fikir sains adalah suatu metode pengkajian yang dapat ditempuh,  agar seseorang sampai pada tahap mengetahui hakikat sesuatu yang diteliti.  Kita sebutlah seseorang itu adalah jurnalis.

Tentunya melalui berbagai macam percobaan ilmiah. Tetapi proses pencapaiannya  hanya berlaku bagi benda- benda yang bersifat materi (fisik) dan tidak terhadap ide-ide (abstrak).  Disini tampak, pola pikir sains tidak dapat  memberikan informasi  misalnya,  “soal dugaan serangan mahluk halus  di suatu desa x”.

Pola fikir sains sebagai paradigma yang paling mendasar,  yang harus diperhatikan  dalam pola fikir ilmiah (Sesuai etika ilmiah).  Ini mengingat tugas seorang jurnalis melaksanakan  profesi intlektual.  ini dapat ditetapkan dengan cara memperlakukan benda pada situasi/keadaan tertentu. Bukan pada situasi atau kondisi yang alami.

Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan  dengan hasil percobaan. Pada situasi atau kondisi alami yang telah ada (kontrol). Dari hasil percobaan yang diperoleh serta perbandingan yang dilakukan, dapat diambil suatu kesimpulan tentang hakikat  benda yang diteliti dan dapat diserap oleh indera.

Pola pikir sains mengharuskan adanya “peniadaan” terhadap segala bentuk informasi yang diperoleh sebelumnya,  tentang materi yang diteliti. Selanjutnya dilakukan pengamatan dan eksperimen.

Pola pikir mengharuskan seorang jurnalis yang  hendak melakukan peneitian, terlebih dahulu harus meniadakan setiap pandangan, pendapat ataupun keyakinan tentang materi yang telah dihasilkan  melalui eksperimen sebelumnya.  Berikutnya melakukan pengamatan dan eksperimen,  studi komparasi, klasifikasi sampai mencapai suatu kesimpulan yang diperoleh berdasarkan tahapan (Proses) ilmiah.

Hal itu  biasanya  dipakai  jurnalis dalam melakukan investigasi repot yang akan dituangkan dalam bentuk berita, terutama saat  hasil kesimpulan  yang  tetap menjadi kesimpulan.

Kesimpulan yang dihasilkan pola fikir sains, merupakan kesimpulan  yang bersifat dugaan, tak pasti serta mengandung  ‘faktor kesalahan’.

Pola Fikir Rasional

Sebelum kita lanjut pada pola fikir rasional,  perlu kita ingat  secara singkat  disebutkan, jurnalistik merupakan  kegiatan penyiapan, mencari, mengumpulkan mengolah, menyajikan penulisan, penyuntingan dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media.

Sementara jurnalis/ wartawan merupakan seseorang atau kelompok  yang melakukan kegiatan jurnalistik  seperti menulis, menganalisis, dan melaporkan suatu peristiwa kepada publik lewat media massa secara teratur.

Pola fikir rasional adalah  suatu metode pengkajian yang dapat ditempuh, agar seseorang sampai pada mengetahui  hakekat sesuatu yang dikaji  melalui indera yang menyerap obyek. Proses penyerapan melalui panca indera menuju otak, dibantu oleh pengetahuan  atau informasi  sebelumnya yang akan menafsirkan  dan memberikan keputusan (Sikap) atas  fakta tersebut.

Keputusan ini  dinamakan pemikiran. Pemahaman  yang diperoleh akal  secara langsung, dapat melalui  pengkajian materi atau obyek yang didapat melalui indera maupun yang bukan dari materi (Abstrak). Inilah metode alami yang ada dalam diri manusia  untuk memahami segala sesuatu, yaitu dengan terbentuknya pemikiran  atau pemahaman terhadap sesuatu. Pola fikir sepeti ini merupakan merupakan definisi akal.

Hasil dari  jurnalis yang melalui pola  fikir rasional itu mengandung dua kemungkinan.  Bila kesimpulan itu berkaitan  tentang  “ada” atau “tidak adanya wujud” sesuatu, maka sifatnya pasti (fixed) dan sedikitpun tidak mengandung faktor kesalahan. Sebab keputusan itu diambil  melaluli penginderaan terhadap sesuatu yang bersifat nyata.

Bila terjadi kesalahaan dalam metode ini hanya kesalahan penginderaan saja. Misalnya, fatamorgana disangka air. Melihat pensil bengkok (Padahal lurus)  ketika didalam air.

Bila kita menganalisa dua pola fikir diatas,  wartawan atau jurnalis dapat mengunakan  keduanya metode itu, termasuk dalam tataran abstrak. Tentunya ini hanya sebagai ide-ide saja. Bila demikian, yang terpenting dalam profesi wartawan/ jurnalis itu adalah sikap moral. Sikap moral sebagai anak bangsa, tanggungjawab pengembala profesi dan moral terhadap ketuhanan.

Related

KUHP Tidak Berlaku untuk Kegiatan Kemerdekaan Pers

Kupas News, Jakarta - Walaupun Rancangan Undang-undang (RUU) Kitab...

Modus Mafia Tanah di Ruang Peradilan

Oleh : Elfahmi Lubis Mafia Tanah sudah menggurita dan telah...

Kaum “Rebahan” Ditengah Isu Kerakyatan

Dimana posisi kaum "rebahan" atau kaum "mager" yang didominasi...

Polemik RUU Sisdiknas, Maksimalkah Uji Publik?

Oleh: Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd Mencermati draft Rancangan Undang-Undang Sistem...

Kiprah Parsadaan Harahap Hingga Duduki KPU RI

Sosok Persadaan Harahap atau yang sering disapa bang parsa,...