kupasbengkulu.com – Kegiatan beternak atau budidaya peternakan adalah sektor usaha yang cukup menjanjikan. Beternak sangat cocok dilakukan di negara kita yang agraris, dapat dilakukan berbagai kalangan, termasuk kalangan elit intelektual.
Dadang Hirawan adalah salah seorang mahasiswa yang paham betul tentang bagaimana membudidayakan puyuh petelur. Sehari-harinya bertanggung jawab mengurusi puyuh-puyuh milik jurusan peternakan Universitas Bengkulu.
“Kami membudidayakan 550 ekor induk puyuh dewasa jenis Coturnix coturnix japonica. Dari 550 ekor induk puyuh itu 85 persen diantaranya produktif, menghasilkan telur setiap hari,” ujar Dadang.
Lanjut Dadang, produksi telur puyuh bisa tembus 400 butir per hari. Telur-telur tersebut dijual ke pasar-pasar atau warung yang menerima order. Tak jarang juga konsumen yang datang langsung ke lokasi peternakan untuk memperoleh telur puyuh segar.
Telur-telur yang akan dijual dikemas dalam wadah berupa karpet telur. Tiap karpet yang berisi 100 butir telur itu dipatok harga Rp27.000.
“Puyuh-puyuh akan produktif bertelur pada usia rata-rata 38 hari dan mulai mengalami penurunan produksi pada usia 16 bulan. Puyuh-puyuh tua ini harus segera diganti agar produksi telur tidak terhambat,” tambahnya.
Upaya meregenerasi atau mengganti puyuh-puyuh tua itu, Dadang dan keempat rekannya sudah menyediakan tempat khusus untuk pembibitan. Saat ini di tempat pembibitannya sudah disiapkan 800 ekor bayi-bayi puyuh berumur 1 minggu.
Dalam usaha beternak hewan apa pun, ransum atau pakan adalah kebutuhan harian ternak yang tidak mungkin dilupakan. Puyuh-puyuh yang jumlahnya ratusan ini menghabiskan pakan yang tidak sedikit.
“Puyuh-puyuh dewasa ini rata-rata membutuhkan 20-22 gram pakan per ekornya. Jadi, kami harus menyediakan minimal 11 kg pakan setiap hari. Harga pakan ransum khusus puyuh Rp5.500 per kg,” ungkap Dadang. (cr2)