Sabtu, April 27, 2024

Sebuah Biografi Ichwan Yunus, Menapak Dunia Profesional (1990-2004) BAGIAN VI

Bupati Mukomuko, Ichwan Yunus
Bupati Mukomuko, Ichwan Yunus

Peduli dan Investasi
Ichwan sama sekali tidak terlena dengan kakayaan dan bermacam fasilitas yang mereka miliki. Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang profesional, Ichwan sering kali mengisi waktunya dengan berkumpul bersama keluarga dan mendiskusikan persoalan-persoalan di dalam keluarga. Juga menyusun rencana ke depan bersama-sama.

Dengan uang yang dimiliki, ia mampu menyekolahkan anaknya keluar negeri. Linda Erawati, putri kedua Ichwan Yunus menyelesaikan S2 di Mancester University Inggris.  Putra Kurniawan dan Sepra Fitri menyelesaikan S1 di Australia.

Ichwan juga mulai berpikir bagaimana kekayaannya itu bisa dinikmati orang banyak. Pasalnya Ichwan Yunus merasa belum lengkap kenikmatan hidupnya kalau belum lengkap kenikmatan hidupnya kalau belum bisa membantu atau membahagiakan orang lain. Terpikirlah olehnya bagaimana membuat suatu usaha yang bisa mempekerjakan orang banyak.

Ia mulai memilih dan memilah usaha yang menurut hitung-hitungannya memiliki nilai ekonomis (menguntungkan) dan juga memiliki nilai sosial. Dimana dengan usaha tersebut akan banyak mempekerjakan orang, Ichwan lantas mengingat kampung halamannya. Dimana sampai saat itu masih banyak masyarakat terutama sanak familinya sendiri masih banyak yang membutuhkan pekerjaan.

Ichwan cukup hati-hati untuk memulai usahanya, karena berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, sering kali ia mengalami kegagalan dalam berusaha.  Apalagi usaha yang akan ia rintis ini di kampung halamannya Mukomuko, sangat jauh dari Jakarta.  Sedangkan apa usaha yang sedang dirintis pasti memerlukan perhatian serius. Disisi lain profesinya sebagai konsultan akutansi papan atas yang sedang mencapai puncaknya tidak mungkin ia tinggalkan begitu saja.

Setelah selesai melakukan perhitungan matang dan diskusi dengan istri dan anak-anaknya, maka pilihan jatuh kepada usaha perkebunan kelapa sawit yang kebetulan ketika itu Mukomuko sedang demam kelapa sawit. Akhirnya pada tahun 1994-1995, Ichwan mulai membuka kebun kelapa sawit.  Tahap pertama luas lebih kurang 90 hektar, lalu diperluas menjadi 130 hektar di daerah Bantal Mukomuko.

Setelah berjalan lebih kurang satu tahun, Rosna, istrinya mulai gelisah karena ia tahu persis investasi yang ditanamkan di perkebunan kelapa sawit sudah cukup besar. Namun ia tidak tahu dengan jelas sejauh mana perkembangan kebun kelapa sawit yang digarap tersebut.  Ichwan Yunus sendiri seolah tidak mau tahu, kecuali menyediakan biaya yang diperlukan.  Ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

Rasa penasaran Rosna semakin lama semakin besar, dan akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke Mukomuko.  Ia ingin melihat perkembangan kebun kelapa sawit yang selama ini dipasrahkan penggarapannya kepada kerabatnya.  Setelah sampai di Mukomuko dan melihat kebunnya, Rosna cukup kaget.  Ternyata kebun sawitnya tidak sesuai dengan besarnya biaya yang sudah dikeluarkan.

Menurut Rosna, hanya ada dua pilihan dalam menyikapi kebunnya yang sangat memprihatinkan tersebut.  Pertama, menghentikan usaha perkebunannya dengan resiko ia akan merugi besar, mengingat investasi yang sudah tertanam sudah cukup besar.  Pilihan kedua, meneruskan usahanya dengan resiko ia akan mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk membenahi dan merawat kebunnya tersebut.

Kondisi kebun dan pilihan-pilihan itu segera disampaikan Rosna kepada Ichwan Yunus melalui telepon. Mendengar laporan istrinya, spontan Ichwan Yunus menjawab, ‘’teruskan.’’
Untung menghindari kekecewaan yang kedua kalinya, maka Rosna terpaksa menunggu pengerjaan rehabilitasi kebunnya itu selama tiga bulan di Mukomuko. Kecepatan dan ketegasan Ichwan Yunus menjawab alternatif yang diajukan istrinya tersebut, bukan tanpa alasan.  Filing bisnisnya begitu cepat menyimpulkan, jika usaha kebunnya itu distop, maka ia akan mengalami kerugian yang sangat besar.

Pasalnya modal  yang sudah ia keluarkan sudah pasti tidak akan kembali lagi.  Jauh lebih baik jika ia mengeluarkan tambahan modal lagi untuk meneruskan usaha kebunnya tersebut.  Karena pasa saatnya nanti sawit mulai produktif, bukan hanya modal yang akan kembali, tapi keuntungan besa yang akan ia raih. Di samping itu keingian yang begitu besar untuk peduli dan berbagi kepada masyarakat Mukomuko tidak mungkin ia hentikan hanya karena sedikit kekecewaan.(gie/adv) (Bersambung)

Disadur dari Buku
Penulis : Khairuddin Wahid
Judul   : Pengabdian Sang Putra Pandai Besi (Sebuah Biografi Ichwan Yunus)
Penerbit: LPM Exsis
Cetakan : 1, Januari 2010

Related

Cerita Sedih Irma June Dibalik Lagu Do Your Best yang Jadi Theme Song From Bali With Love

Kupas Musik - Kemerduan vokal yang dimiliki penyanyi legendaris...

AM Hanafi Sang Perlente Kawan Soekarno yang Disambut Fidel Castro

AM Hanafi (kiri) bersama Fidel Castro (kanan), Foto: Dok/margasarimaju.com AM...

Menjadi yang Terbaik Tak Perlu Menjatuhkan Pihak Lain

Inspiratif, kupasbengkulu.com – Seorang Guru membuat tangga 10 injakan, lalu...

Beni Ardiansyah Direktur WALHI Bengkulu Terpilih ” Keadilan Itu Harus Direbut”

Kota Bengkulu,kupasbengkulu.com - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu...

Otna Pilih Hidup Diatas Sampan Reot dan Air Payau Daripada Hidup Menjadi Budak

Kota Bengkulu,Kupasbengkulu.com -  Petang itu suasana di sudut Pesisir...