religi, kupasbengkulu.com- Abad 7-13 Masehi wilayah Sumatera merupakan bagian dari kekuasaan Sriwijaya. Di Palembang yang pernah menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya berdasarkan catatan Sayid Naqaib Al Attas telah ada masyarakat Islam pada abad ke-7 Masehi yang diterima dengan baik oleh penguasa setempat (Raja Sriwijaya) dan dapat menjalankan ibadah menurut agama Islam.(Mawardi Djoned Poesponegoro,wt.al.1990 :31)
(baca juga : Sejarah Masuknya Islam ke Sumatera (Bagian II))
Islam terus tumbuh dan berkembang di Sumatera yang ditandai dengan terbentuknya institusi kerajaan bercorak Islam.
Dari data arkeologi yang berupa Makam Malik As Shaleh di Kecamatan Samudra Aceh Utara memberikan data yang jelas adanya Kerajaan Islam Pasai.
Makam tersebut menyebutkan Malik As Shaleh wafat pada bulan Ramadhan 696 Hijriah atau 1297 Masehi. (H. Sukama Karya, 1996 : 189)
Nama Malik As Shaleh dianggap sebagai raja pertama Kerajaan Samudra Pasai berdasarkan hikayat raja-raja Pasai dan sejarah Melayu.
Di Barus telah ditemukan sebuah makam seorang wanita bernama Tuhar Aminsuri yang wafat pada 10 Syafar 602 Hijriah, berarti 94 tahun (Hijriah) lebih tua dari makam Malik As Shaleh.
Hal ini membuktikan bahwa Barus sekitar permulaan abad ke 13 Masehi sudah ada pemukiman masyarakat Islam.
Adanya masyarakat Islam pada abad ke-13 diperkuat pula dengan Berita Marcopolo, yang mengunjungi beberapa pelabuhan Sumatera bagian Timur dan menyebutkan juga sebuah tempat dibagian barat Pulau Sumatera yaitu Fansur (Moh.Daud, 1987 :26)
Akhir abad ke-13 Kerajaan Samudera Pasai telah bersaing dengan Sriwijaya, dibuktikan dengan adanya utusan Samudera Pasai ke Negeri Cina.
Bahkan akhir abada ke-13 Masehi Samudera Pasai berhasil merebut Selat Malaka dari Sriwijayasehingga kekuatan politik Islam mulai hadir di wilayah ini.
Selain berkembang sebagai kekuatan politis maupun ekonomi, Samudera Pasai juga berpengaruh dalam proses Islamisasi di daerah sekitarnya, seperti Semenanjung Melayu yang ditemukan bentuk-bentuk batu nisan Aceh.(coy/bersambung)