kupasbengkulu.com – Di Indonesia ada sebuah pulau yang bisa dikatakan khusus untuk para turis mancanegara, terutama turis dari Eropa. Meski lokasinya terbilang jauh dari Bengkulu, namun menjelajah pulau turis tersebut patut dicoba. Untuk mengetahui sensasi menjelajahi pulau tersebut kupasbengkulu.com baru saja berkunjung ke salah satu pulau yang menjadi incaran para wisatawan karena terkenal dengan keindahan, keamanan dan keramahan para penduduknya.
Lokasi pulau ini tidak begitu jauh dari Pulau Bali yang lebih dahulu terkenal. Gili Trawangan, tidak dapat dipungkiri pulau kecil ini merupakan daya tarik Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Untuk menuju lokasi tersebut perjalanan dari Bengkulu dimulai melalui Bandara Fatmawati Soekarno menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta. Kemudian transit ke Bandara Internasional Lombok. Lama penerbangan Jakarta– Lombok kurang lebih 1 jam 50 menit. Saat pemberangkatan ke Lombok tersebut kupasbengkulu.com bertolak dari Bandara Soekarno Hatta jam 19.30 WIB dan tiba di Bandara Inernasional Lombok sekitar jam 21.25 WIB. Namun perlu diingat, terdapat perbedaan waktu selama 1 jam antara Jakarta dan Lombok, sehingga kami di Lombok sekitar jam 22.25 Waktu Indonesia Tengah (WITA).
Dari Bandara yang lokasinya di Kabupaten Lombok Tengah itu, kupasbengkulu.com menuju penginapan di Senggigi yang berlokasi di Lombok Barat dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Lokasi di Senggigi ini adalah lokasi yang paling tepat karena posisinya paling dekat dengan Gili Trawangan. Perjalanan ke Gili Trawangan dilakukan keesokan harinya.
Untuk mencapai Pantai Senggigi cukup berjalan kaki sekitar 5 menit dari penginapan, bila ingin lebih cepat dapat menaiki angkutan umum. Pantai tersebut memiliki gapura kuning berbentuk segitiga sebagai pintu masuk. Tidak jauh dari gapura tersebut berjejer para penjual cendramata dan aksesoris seperti erhiasan mutiara dan perlengkapan ke pantai layaknya baju dan topi.
Tiba di tepi pantai kupasbengkulu.com menjumpai agen perjalanan yang menyajikan paket-paket wisata dinataranya perjalanan ke 3 gili. Gili adalah sebutan masyarakat setempat untuk menyebut pulau-pulau kecil di sekitar Lombok. Gili yang paling terkenal adalah Gili Trawangan yang merupakan gili terbesar, kemudian ada Gili Meno dan Gili Air. Gili Trawangan ini memiliki panjang 3 kilometer dan lebar 2 kilometer. Pulau ini mempunyai populasi sebanyak 800 jiwa dan mempunyai fasilitas wisata terlengkap dibandingkan dengan 2 pulau lainnya.
Untuk menuju lokasi tersebut kupasbengkulu.com menggunakan perahu motor, namun jarak tempuhnya ke Gili Trawangan hampir 2 jam. Sedangkan jika ingin lebih cepat, bisa menggunakan speedboat dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Selama perjalanan, terlihat pemandangan kontras, karena laut Lombok dikelilingi perbukitan.
Karena lokasinya yang eksotis tersebut di kaki bukit-bukit kecil itu didirikan resort yang juga eksotis, sebab tidak menggunakan material bangunan yang merusak. Bangunan merupakan rumah jerami yang mengadaptasi rumah adat daereh milik Suku Sasak, terdiri dari kayu dengan atap daun ilalang, namun tetap mewah. Sepanjang perjalanan juga akan melihat ribuan pohon kelapa yang tingi menjulang, termasuk beberapa gugusan batu cadas dan tentunya lautan yang air laut berwarna biru tua.
Pantai Gili Trawangan
Saat perahu yang ditumpangi hendak merapat di Pantai Gili Trawangan nuansa turis mulai terasa, di tepi pantai tersebut terlihat ratusan turis sedang berjemur. Ada pula Scuba Diving, Snorkeling, karena pantai ini keindahan terumbu karang dan biota lautnya bahkan dengan mata telanjang (tanpa memakai kacamata renang), beberapa diantara turis itu bermain kayak dan berselancar. Saat itu hanya wisatawan mancanegara yang terlihat, karenanya kupasbengkulu.com menyebut pulau ini sebagai pulau turis.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guide tempat kami menginap, Gili Trawangan memiliki luas 340 hektar dengan eksotisme alam yang begitu lengkap. Mulai dari pantainya yang berpasir putih bersih, deretan pohon cemara, akasia, kelapa dan rumah-rumah jerami bentuk adat sasak yang sengaja di peruntukkan sebagai hotel di sepanjang pantai menambah indah panorama yang ada. Ada pula jajaran tempat duduk berbentuk bale-bale untuk wisatawan berjemur hingga membuat mereka enggan untuk meninggalkan pantai ini.
Restoran Beragam
Beranjak dari tepi pantai menuju saya menemui lebih banyak turis yang sedang bersantai di kedai-kedai yang berjejer ditepi pantai. Kedai tersebut beragam begitu pun makanan yang disajikan, bahkan terdapat makanan khusus bagi vegetarian. Begitu pun dengan restoran dan cafe, meski mayoritas turis yang berlibur di pulau tersebut berasal dari Eropa, namun restoran dan cafe cukup bervariatif. Bahkan ada pula yang bernuansa Timur Tengah dan Thailand.
Hotel Terisi Penuh
Untuk akomodasi/penginapan pun lengkap disini, sebab di Gili Trawangan tersedia banyak hotel dan penginapan mulai dari kelas melati, hotel bernbintang, villa serta bungalow. Namun yang perlu diingat, karena tingginya minat wisatawan ke lokasi ini jadi jangan heran bila hotel dan penginapan tersebut terisi penuh. Betapa tidak, kerena akomodasi di Gili Trawangan menyajikan berbagai fasilitas mewah. Meski pulau tersebut terbilang kecil, namun hampir setiap hotelnya memiliki kolam berenang dengan konsep minimalis. Jadi, apabila ingin menginap di pulau ini harus melakukan reservasi dari jauh-jauh hari.
Bagian paling padat penduduk pulau ini terletak disebelah timur pulau. Selain hotel dan penginapan pulau ini juga memiliki fasilitas komplit, mulai dari fasilitas pendidikan maupun fasilitas kesehatan. Sehingga tidak heran, jika sebagian besar turis memutuskan untuk tinggal selama beberapa tahun di pulau ini. Namun, berdasarkan info yang saya dengar, setiap turis yang ingin masuk pulau ini harus menjalani pemeriksaan kesehatan. Bagi yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS dilarang tinggal di pulau ini.
Karena tinggal lama di Gili Trawangan, tidak sedikit turis itu menikah dengan warga setempat. Dan tidak sedikit pula terlahir warga baru yang merupakan keturunan blasteran. Seperti Ronaldo, bocah 2 tahun yang saya jumpai sedang asyik bermain bola didepan sebuah kedai. Ronaldo adalah anak blasteran yang ibunya berasal dari Sunda, sedangkan ayahnya keturunan Swiss.
Warga Lokal Fasih Berbahasa Inggris
Dengan kunjungan wisatawan yang didominasi dari turis manacanegara, jadi wajar saja bila petunjuk arah, buku panduan maupun peta didaerah ini dibuat dalam bahasa Inggris. Warga lokal di Gili Trawangan pun fasih berbahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional itu. Seperti halnya Boni yang sehari-harinya menjual aksesoris ini. Boni mengaku bisa berbahasa Inggris dengan lancar bukan karena ia mengikuti kursus bahasa asing, namun kerana terbiasa mendengar percakapan para turis, sehingga ia pun memahami dan bisa mengucapkannya.
“Lama-lama saya bisa, karena awalnya banyak turis kalau kita tidak bisa bahasa Inggris mereka tidak jadi beli. Kadang ada juga turis yang menawar harga aksesoris, kalau salah jawab nanti bisa rugi,” kata Boni, pria berambut gimbal itu.
Pulau Pesta
Gili Trawangan juga disebut sebagai Pulau Pesta, karena banyaknya pesta sepanjang malam. Di pulau ini tempat hiburan secara bergantian melakukan pesta, sehingga tiada malam tanpa pesta. Masyarakat setempat pun begitu memahami nuansa tersebut, sehingga mereka bisa menerima kedatangan turis tanpa merasa terusik tanpa menghubungkannya dengan SARA. Karena, seperti diketahui masyarakat Lombok adalah masyarakat yang relegius, dengan persentase 94 persen masyarakatnya beragama Islam.
Tak Ada Kendaraan Bermotor
Di Gili Trawangan kendaraan bermotor dilarang beropersai. Sehingga para turis maupun warga setempat hanya berjalan kaki, menggunakan sepeda maupuan angkutan dengan bantuan kuda, yakni kereta kuda sederhana layaknya andong, yang mereka sebut Cikar Dokar Motor atau disingkat Cidemo. Tarif sewa Cidomo tersebut sebesar Rp 150.000 untuk 3 orang.
Pulau Tanpa Kriminalitas
Berdasarkan sejarah, dahulunya pulau ini pernah dijadikan tempat pembuangan karena pada waktu itu semua penjara sedang penuh. Raja yang berkuasa dimasa itu membuang 350 orang pemberontak Sasak ke pulau ini. Kemudian tahun 1970-an pulau ini dikunjungi penduduk dari Sulawesi yang kemudian menetap. Namun cerita tersebut telah berlalu, meski sempat dijadikan tempat pembuangan pemberontak saat ini Gili Trawangan disebut-sebut sebagai lokasi yang paling aman untuk berlibur, karena rendahnya tingkat kriminalistas.
“Gili Trawangan kan sudah dikenal sebagai tujuan wiasata para turis, jadi masyaraat setempat terus mempertahankan citra itu dengan tidak melakukan tindak kriminal. Lagipula banyak masih banyak peluang usaha untuk menghasilkan uang, terutama dari sektor wisata, sehingga tidak pernah terjadi pencurian oleh warga lokal. Bahkan yang ada kasusnya saling mencuri antara bule itu sendiri, karena mereka kehabisan uang,” papar guide kami, Fahri.
Menurut salah seorang turis, Gili Trawangan adalaah tempat terindah yang pernah dilihatnya, sehingga beah berlama-lama disana.
“Trawangan is wanderful, so beautifull, and I am so happy stay in here for long time,” kata Bella, turis awal Swedia.
Etri Hayati