
kupasbengkulu.com – Wartawan, Ridwan Mukti, dan Bunda Yenita, diketahui sedang mempersiapkan sebuah “sandiwara”. Benarkah?
Diungkapkan Agus Setiyanto, Sejarawan, Budayawan, sekaligus Seniman Bengkulu, pihaknya sedang merencanakan pementasan sandiwara pertunjukkan bertajuk “Panggung Bangsawan Bengkulu: Ratu Samban (Pasirah Mardjati), yang rencananya diselenggarakan sekitar tanggal 23 hingga 26 Juni 2014 di pelataran Sport Centre Kota Bengkulu.
“Dalam setiap pertunjukkan yang saya buat bersama teman-teman, sudah menjadi ciri khas mengikutsertakan tokoh-tokoh terkenal di kalangan masyarakat. Dalam pertunjukkan ini nantinya akan melibatkan Bupati Musi Rawas, Ridwan Mukti, Bunda Yenita, Dirjen Kebudayaan, Kacung Marijan, serta sejumlah tokoh lainnya. Tak lupa juga dalam salah satu adegan, kami ingin melibatkan awak media (wartawan) agar suasananya lebih mendukung,” ujar Agus, Selasa (27/05/2014).
Kisah Ratu Samban merupakan perjalanan kepahlawanan tokoh asal Bengkulu Utara bernama Mardjati dalam menentang pelaksanaan Hoofd van Belastingen (pajak kepala) yang diterapkan kolonial Belanda pada setiap penduduk berusia di atas 16 tahun, di tahun 1873.
Ratu Samban adalah gelar yang diberikan kepada seorang Pesirah (sekarang sama dengan kepala desa) oleh tua-tua masyarakat di desa (Marga) Bintunan Kabupaten Bengkulu Utara pada tahun 1874. Tanda penghargaan dan penghormatan itu diberikan kepada Mardjati yang dinilai telah berhasil membela kepentingan rakyat, dan sekaligus telah berhasil membunuh dua orang penguasa kolonial Belanda yaitu Asisten Residen H.Van Amstel dan Kontroleur E.E.W Castens pada 2 September 1873.
“Kebersamaan itu indah. Selama ini paradigma yang muncul di masyarakat bahwa sangat sulit masyarakat biasa dapat berjumpa dengan tokoh-tokoh penting atau pejabat. Ini yang ingin saya ubah, saya ingin para tokoh ini bisa lebih dekat dengan masyarakat salah satunya melalui seni pertunjukkan,” ungkapnya.
“Selama ini kan para pejabat selalu disibukkan dengan agenda politik dan sejumlah konflik lainnya. Saya ingin mereka dengan latar belakang dan kesibukkan masing-masing ini dapat bersatu di pementasan. Jadi nggak tegang terus mikirin politik,” tandasnya. (val)